SELAGI pameran foto karya Don McCullin digelar di London, Fiona Macdonald menyaksikan beragam potret menakjubkan tentang perang dan kemiskinan yang diciptakan salah satu fotografer terandal Inggris.
"Mengapa Anda tidak berada di titik peristiwa terpenting di dunia jika sebenarnya Anda bisa ada di sana?"
Kalimat tersebut diutarakan McCullin dalam wawancara dengan BBC Culture tahun 2014. Ia memaparkan alasannya menjelajah Berlin pada 1961 tanpa penugasan dari media massa manapun.
McCullin beranjak untuk mendokumentasikan pembangunan Tembok Berlin yang kala itu masih berupa struktur beton sementara sebagai pos pemeriksaan tentara.
Foto-foto itu belakangan menggenjot kariernya sebagai foto jurnalis dan mengirimnya ke konflik di berbagai tempat, seperti Siprus, Vietnam, Lebanon, dan Irlandia Utara.
Saat ini berusia 83 tahun, ia beralih menjadi fotografer yang mengabadikan lanskap Britania Raya.
Kerap mempertaruhkan nyawa, McCullin tidak mundur dari peristiwa yang barangkali terlalu menyeramkan bagi sebagian orang - anak-anak bertubuh ceking yang kelaparan, sekelompok laki-laki yang disiksa sebelum dieksekusi, dan keluarga yang menangisi jenazah orang terkasih.
Sebuah keluarga di Lebanon meninggalkan Pemakaman Martyrs di kota Beirut tahun 1976. McCullin ingin memastikan ia cukup dekat dengan subjeknya sehingga mendapatkan izin yang tak terucap lisan (Foto: Don McCullin/Tate)
Banyak dari potret itu ditampilkan dalam pameran di galeri Tate Britain. McCullin mencetak sendiri lebih dari 250 foto di kamar gelap.
Meski sebagian besar foto itu menyiratkan nestapa, ada sesuatu yang membuat kita sulit untuk tidak mengacuhkannya.
Dalam kadar tertentu, betapa dekat McCullin membawa kita - entah bagaimana, kita seperti terlibat hanya dengan melihat yang terjadi. Sekali kita melihat, kita tak dapat mengalihkan diri darinya.
Dan kedekatan itu adalah sesuatu yang disengaja.
"Saya tak percaya Anda dapat melihat lebih dari apa yang terlihat jika Anda tidak mengambil resiko," demikian pernyataan McCullin yang dikutip dalam pameran di Tate itu.
"Saya berkali-kali berada persis di ujung jurang, tidak lebih dari satu kaki atau satu inci. Itu adalah satu-satunya tempat di mana Anda bisa melihat dan menunjukkan penderitaan yang sesungguhnya."
"Melihat apa yang dihindari orang lain adalah inti dari hidup saya sebagai fotografer perang," ujar McCullin.
Grenade Thrower, Hue, Vietnam, 1968. Pertempuran di kota Hue merupakan salah satu yang terpanjang dan mematikan selama Perang Vietnam. (Foto: Don McCullin/Tate)
Sebuah foto yang diabadikan di Vietnam tahun 1968, yang memperlihatkan seorang laki-laki meluncurkan sebuah benda ke udara, mirip potret olahragawan.
Namun kenyataan di balik pose melempar granat itu menemani perjalanan pulang McCullin. "Dia terlihat seperti atlet lempar lembing Olimpiade. Lima menit setelah itu, tangan pendek nan kekar itu hancur lebur terkena peluru."