Baca Juga: Innalillahi.. Rebutan Bantuan, 3 Warga Rohingnya Tewas Terinjak-Injak
Yang terakhir adalah pesan yang disampaikan oleh perempuan berusia 80 tahun bernama Jhuno. Perempuan tua renta itu, bercerita bahwa pasukan militer telah menyerang desanya baik pagi, siang bahkan malam hari. Jhuno kini mengalami kesulitan berjalan dan duduk karena terjatuh saat melarikan diri. Nenek dengan 1 cucu dan 6 anak itu mengaku kehilangan salah satu anak lelakinya.
"Kami pikir Aung San Suu Kyi akan memberi kami kedamaian, tapi dia gagal melakukannya. Hanya kekerasan, terlalu banyak kekerasan. Bahkan anak berusia 12 tahun tidak bisa keluar rumah, atau berjalan dengan bebas. Kami datang ke Bangladesh karena kehidupan di rumah sangat berbahaya. Peluru terbang seperti hujan," jelas Jhuno.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres menyebut, Pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi hanya memiliki kesempatan terakhir untuk menyelesaikan krisis Rohingya. Suu Kyi sendiri berencana akan berpidato di saluran televisi nasional untuk berbicara tentang krisis Rohingya. Pidato Suu Kyi ini tentunya akan menjadi perhatian dunia internasional.
(Wikanto Arungbudoyo)