PBB: Dunia Harus Membantu Pengungsi Rohingya yang Trauma dan Dalam Kondisi Sulit!

Koran SINDO, Jurnalis
Selasa 26 September 2017 14:38 WIB
Pengungsi Rohingya. (Foto: STR/AFP/Getty Images)
Share :

DHAKA - Kondisi pengungsi Rohingnya di Bangladesh kian memburuk, kecuali jika bantuan ditingkatkan. Peringatan itu diungkapkan Komisioner Tinggi Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) Filippo Grandi saat konferensi pers di Bangladesh kemarin.

Kekerasan di Myanmar telah memaksa 436.000 muslim Rohingnya melarikan diri ke Bangladesh. Kekerasan di negara bagian Rakhine, Myanmar dan eksodus pengungsi itu merupakan krisis terbesar dalam pemerintahan yang dipimpin peraih Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi sejak dia berkuasa tahun lalu.

Situasi di Myanmar juga mengancam kekompakan Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) karena Malaysia menolak pernyataan tentang situasi Myanmar dari Ketua ASEAN yang kini dipegang oleh Filipina. Menurut Malaysia, pernyataan ASEAN itu salah menunjukkan kenyataan di Myanmar.

“Solusi bagi krisis ini terletak pada Myanmar. Tapi, hingga itu terjadi dunia harus membantu para pengungsi yang sangat trauma itu menghadapi kondisi sulit,” ungkap Grandi, dikutip kantor berita Reuters.

(Baca: Sssstt... Myanmar Tersinggung Dicap Lakukan Genosida Etnis Rohingya)

Dia telah mengunjungi kamp-kamp pengungsi di bagian tenggara Bangladesh tersebut. “Mereka telah melihat desa-desa dibakar, anggota keluarga ditembak atau dibunuh, perempuan dan gadis mengalami perlakuan brutal,” kata Grandi.

Dia menyerukan bantuan segera ditingkatkan. Grandi juga berterima kasih pada Bangladesh yang tetap membuka perbatasannya.

Myanmar yang mayoritas Buddha menilai muslim Rohingnya sebagai imigran ilegal dari Bangladesh. Pertempuran antara militan dan pasukan pemerintah juga sudah terjadi selama beberapa dekade terakhir.

Kekerasan terbaru terjadi pada 25 Agustus saat para militan dari kelompok Arakan Rohingnya Salvation Army (ARSA) menyerang sekitar 30 pos polisi dan satu kamp militer.

(Baca juga: Ya Ampun! Tentara Myanmar Diduga Memperkosa Wanita Rohingya, Ini Keterangan Dokter PBB)

PBB menilai operasi militer itu sebagai pembersihan etnik. Para pengungsi dan kelompok hak asasi manusia (HAM) juga menuduh pasukan Myanmar dan warga memicu kekerasan dan pembakaran untuk memaksa Rohingnya pergi dari wilayah tersebut. Amerika Serikat (AS) menyatakan, aksi Myanmar sangat berlebihan dan mendesak agar kekerasan segera dihentikan.

Myanmar menolak tuduhan pembersihan etnik tersebut. Adapun minoritas Hindu di Myanmar terjebak dalam konflik tersebut. Beberapa dari mereka juga melarikan diri ke Bangladesh dan mengeluhkan kekerasan terhadap mereka oleh para tentara atau warga Myanmar garis keras. Beberapa minoritas Hindu juga mengaku diserang militan karena dianggap sebagai mata-mata pemerintah Myanmar. Otoritas Myanmar me-nemukan jasad 45 warga Hindu yang dikubur di luar desa di utara Rakhine. ARSA dituduh sebagai pelaku pembunuhan.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya