Sementara itu, Pemerintah Bangladesh telah mempekerjakan lebih banyak dokter dan asisten medis dalam beberapa hari terakhir untuk memberikan perawatan kesehatan primer kepada para pengungsi. Sebanyak 30 dokter, hampir 30 asisten kesehatan dan 42 perawat sekarang bekerja di kamp.
Kelompok Medicins Sans Frontieres, Gonoshastho Kendro, Palang Merah, Aksi Melawan Kelaparan, dan LSM lokal dan internasional lainnya juga memberikan perawatan kesehatan gratis. Kepala Badan Migrasi PBB memperingatkan tentang meningkatnya laporan kekerasan seksual terhdap minoritas muslim Rohingya yang telah melarikan diri dari kekerasan di Myanmar dalam beberapa pekan terakhir.
Direktur Jenderal William Lacy Swing dari Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengaku terkejut dan khawatir mengenai laporan kekerasan berbasis seksual dan gender di antara warga Rohingya yang baru tiba di Cox's Bazar.
”Sebagian besar minoritas teraniaya,” katanya, seperti dikutip dari AP, Kamis (28/9/2017). Menurut Swing, mereka mengalami pemerkosaan dan bentuk kekerasan lain. Namun, dia tidak menentukan siapa yang bertanggung jawab atas kekerasan tersebut.
Di lain pihak, Pemerintah Myanmar belum berkomentar atas laporan badan PBB tersebut. Sebelumnya dalam sidang Majelis Umum PBB, Myanmar membantah bahwa militernya melakukan genosida atau pembersihan etnis Rohingya.
(Rizka Diputra)