MOSKOW - Rusia menyiapkan sejumlah pertemuan tingkat tinggi dengan pejabat Korea Utara (Korut). Mereka memposisikan diri sebagai perantara untuk negosiasi dalam upaya memperbaiki hubungan yang tegang dengan Amerika Serikat (AS).
Juru bicara majelis tinggi Rusia, Valentina Matviyenko, bertemu secara terpisah dengan perwakilan Korut dan Korea Selatan (Korsel) pada Senin 16 Oktober di sela-sela sebuah pertemuan internasional di St. Petersburg. Matviyenko meminta dialog langsung antara kedua Korea, namun Pyongyang menolak gagasan tersebut akibat rasa kecewanya akan latihan militer gabungan AS-Korsel.
Wakil Ketua Majelis Agung Korut diyakini telah memberi Matviyenko sebuah pernyataan dari pemimpin Korut, Kim Jong Un, sambil berargumen bahwa senjata nuklir adalah satu-satunya cara agar negara tertutup tersebut dapat mempertahankan diri. Pertemuan Matviyenko dengan pejabat Korut berlangsung sekira satu jam setengah.
BACA JUGA: Ya Ampun... Ternyata Inggris Sudah Siapkan Rencana jika Harus Berperang dengan Korut
Pembicara Rusia kemudian menyerukan dimulainya kembali perundingan enam negara mengenai masalah Korut dan menekankan bahwa dia akan terus melakukan segala upaya untuk membuat sebuah dialog.
Rusia juga menjadi tuan rumah sebuah konferensi internasional mengenai non-proliferasi, yang akan dihadiri oleh Choe Son Hui, direktur urusan Amerika Utara di Kementerian Luar Negeri Korut, dan Wendy Sherman, mantan wakil menteri luar negeri AS untuk urusan politik. Beberapa orang mengharapkan kedua negara memiliki beberapa jenis kontak selama acara berlangsung.
Rusia sangat ingin memperkuat hubungannya dengan Korut. Sekelompok anggota parlemen Rusia bertemu dengan seorang pejabat tinggi Korut di Pyongyang pada awal Oktober. Sergei Mikhailov, direktur jenderal kantor berita TASS yang dikelola Rusia, juga akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) Korut Ri Yong Ho.
BACA JUGA: Ngeri! Korut Klaim Australia Akan Dapatkan Bencana jika Tetap Dukung AS
"Situasi saat ini, ketika AS melakukan tekanan maksimum, sanksi, dan ancaman militer maksimal terhadap Korut, bukankah momen di mana negosiasi dapat diadakan," kata Ri, dilansir dari Nikkei, Selasa (17/10/2017).
Sekadar diketahui, Presiden Rusia Vladimir Putin dan China mendesak Presiden AS Donald Trump untuk melakukan dialog dengan Korut. Langkah ini menunjukkan bahwa Rusia berharap agar Korut dapat berubah pikiran mengenai senjata nuklir secara diplomatik.
Selain itu, beberapa waktu lalu Korut mengkritik Australia karena mendukung sikap keras AS terhadap Pyongyang dan mengatakan jika Australia terus melakukannya, sebuah bencana akan terjadi. Pernyataan tersebut disampaikan oleh kantor berita negara Korut, KCNA.
Korut juga menyatakan, alih-alih mengikuti AS, Australia seharusnya berbicara dan bertindak dengan bijaksana. Selain itu, Korut juga menyatakan bahwa tindakan Australia merupakan tindakan sembrono dan bodoh.
(pai)
(Rifa Nadia Nurfuadah)