"Kalau berdasar data yang ada di BNN, Aseng itu yang di Nusakambangan yang mendatangkan 1,2 juta itu, itu adalah tangan kanannya Freddy Budiman. Jadi itu masih meneruskan jaringannya Freddy Budiman di Belanda," tutur Sulistiandiatmoko kepada Okezone, Jumat (24/11/2017).
Untuk mendalami pertalian antara dua penyelundupan besar yang telah dilakukan, polisi menyatakan masih terus mendalami hal tersebut. Termasuk mengantisipasi kemungkinan hidupnya kembali jaringan Freddy Budiman di Indonesia.
“Fokus kami sekarang adalah mengejar bandar atau pemilik modalnya. Doakan saja mudah-mudahan terungkap,” tutur Eko Daniyanto.
Aroma Keterlibatan Oknum Otoritas
Terkait dua penyelundupan ini, BNN mencium adanya berbagai peran yang dimainkan oleh sejumlah oknum dari otoritas terkait, baik itu di Belanda maupun di Jakarta. "Yang menjadi pertanyaan itu, kenapa itu (ekstasi) bisa keluar. Kenapa bisa keluar dari Belanda itu," kata Sulistiandriatmoko.
(BACA JUGA: Oknum Polisi di Tanah Tinggi Lindungi Peredaran Narkoba di Lapas)
Menurut Sulis, dua penyelundupan ekstasi yang berhasil diungkap kepolisian seharusnya tak mungkin terjadi jika pengawasan di pintu keluar dan pintu masuk masing-masing negara berjalan dengan baik.
"Ya padahal itu jumlahnya 1,2. Kalau kita bawa Vitamin D1 saja kan itu harusnya diperiksanya setengah mati. Nah ini ekstasi 1,2 kok bisa lolos. Ya mungkin memang jaringan sindikat ya," tutur Sulis.
Meski begitu, Sulis mengatakan, kewenangan pendalaman dua kasus penyelundupan ini ada di tangan kepolisian. "Kita tidak bisa mengungkap itu ya (keterlibatan oknum tertentu), karena itu otoritas kepolisian. Kita hanya bisa mengungkap kalau itu adalah si Aseng, gitu lho," katanya.