WASHINGTON – Keputusan Amerika Serikat (AS) untuk mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel menuai kecaman. Sebab, selama puluhan tahun, Negeri Paman Sam berupaya menahan untuk mengakui bahwa Yerusalem adalah Ibu Kota Israel dengan alasan status tersebut harus lebih dulu dirundingkan.
BACA JUGA: Pemerintah AS Resmi Umumkan Status Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel
Namun, Presiden AS Donald Trump beralasan, para pendahulunya seperti George Bush, Bill Clinton, dan Barack Obama juga melontarkan janji kampanye untuk mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Presiden AS ke-45 itu juga menyertakan video kampanye para pendahulunya lewat akun Twitter.
“Saya memenuhi janji kampanye, sementara yang lain tidak,” cuit Donald Trump di akun Twitter, mengutip dari Reuters, Sabtu (9/12/2017).
Pendapat berbeda diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Rex Tillerson. Mantan petinggi perusahaan energi itu mengatakan bahwa status Yerusalem masih harus ditentukan oleh Israel dan Palestina bersama dengan isu-isu lain yang penting.
“Dengan hormat kepada seluruh Yerusalem, Presiden tidak mengindikasikan status final bagi Yerusalem. Dia mengatakan dengan sangat jelas bahwa status final, termasuk perbatasan, harus diserahkan kepada kedua pihak untuk dirundingkan dan diputuskan,” ucap Rex Tillerson.
BACA JUGA: Kehadiran Pence Ditolak, Tawaran AS untuk Palestina Terancam Mandek