Sebagaimana diketahui, Yerusalem berada dalam status hukum dan politik khusus (status quo) sesuai dengan resolusi PBB. Namun, Israel selalu menginginkan agar seluruh Yerusalem dianggap sebagai Ibu Kota Negara, sementara Palestina menghendaki Yerusalem Timur sebagai Ibu Kota jika dinyatakan merdeka di masa depan.
Sebelum mengumumkan pengakuan, Trump ternyata sudah menghubungi Presiden Otoritas Palestina (PLO) Mahmoud Abbas. Politikus Partai Republik itu menyampaikan bahwa sedang ada upaya di belakang layar yang dilakukan penasihat Gedung Putih untuk menyusun cetak biru perundingan damai.
BACA JUGA: 5 Dampak Politis Rencana Pemindahan Kedubes AS ke Yerusalem
Trump mencoba meyakinkan Abbas bahwa Palestina akan tetap mendapat keuntungan dari rancangan tersebut. Kabarnya, cetak biru tersebut menyertakan solusi atas isu Yerusalem, perbatasan, keamanan, masa depan pemukiman Yahudi di wilayah Palestina, nasib para pengungsi Palestina, serta dorongan AS kepada negara-negara Arab untuk memberi dukungan finansial bagi Palestina.
(Wikanto Arungbudoyo)