Senin 5 Februari 2018 sekira pukul 17.45 WIB, daerah Tangerang diguyur hujan deras hingga menyebabkan sejumlah jalan tergenang. Bahkan, yang terparah Underpass di Jalan Perimeter Selatan Bandara Soekarno Hatta (Bandara Soetta), Tangerang ambrol.
Ambrolnya underpass tersebut, telah menimbun mobil Honda Brio dengan nomor polisi A 1567 AS yang dikendarai oleh karyawati di Garuda Maintenance Facility (GMF) Aeroasia bagian analisi keuangan yakni Dianti Dyah Ayu Cahyani Putri (24) dan sahabatnya Mukhmainnah (24).
Kejadian itu berawal ketika keduanya hendak pulang ke rumah masing-masing usai bekerja. Lalu lintas di lokasi kejadian pun mengalami kemacetan panjang karena saat itu jam pulang kerja, keduanya pun terjebak macet di lokasi. Sialnya, saat mobil korban melintas tepat di bawah underpass, tiba-tiba dinding beton tersebut roboh dan menimpa mobil yang dikendarai oleh Putri-sapaan akrab Dianti Dyah Ayu Cahyani Putri-.
Pengendara disekitar pun langsung melaporkan kejadian tersebut ke Polresta Bandara Soekarno Hatta. Dan tim gabungan yang terdiri dari Polresta Bandara Soekarno Hatta, PT Angkasa Pura II, Airport Rescue and Fire Fighting, Basarnas, dan PMI langsung melakukan upaya evakuasi menyelamatkan kedua korban yang tertimbun longsor.
Diketahui, berbagai cara evakuasi pun dilakukan, mulai dari mengerahkan tiga excavator hingga menggunakan cara manual, yakni mencangkul tanah yang menimbun runtuhan beton. Selama proses evakuasi, kedua korban dalam keadaan sadar dan terus mendapatkan dukungan dari tim gabungan untuk menjaga kesadarannya.
Tim berhasil memberikan bantuan oksigen dan air minum untuk keduanya, mereka saling berbagi di tengah himpitan beton dan material longsor. Proses evakuasi yang berjalan lama dan dramatis pun tak ubah menjadi tontonan bagi warga sekitar.
Menurut Kepala Kantor SAR Jakarta, Hendra Sudirman mengatakan, proses evakuasi para korban membutuhkan waktu yang lama akibat terkendala beban dinding beton seberat 60 ton yang roboh dan tertimbun tanah.
"Kendalanya kita tidak mampu mengangkat kongkrit yang roboh dengan timbunan tanah. Awalnya pakai crane tapi ternyata enggak mampu. Kalau pakai crane membahayakan karena di atasnya banyak tanah sehingga bisa putus dan justru semakin membebani korban," ujar Hendra.
Pihaknya pun terus mencari cara agar korban dapat dievakuasi tanpa melukai mereka. Upaya menggunakan jet hidrolik pun dipilih untuk memberikan celah mengevakuasi korban.
"Kita pakai jet hidrolik untuk mengangkat, lalu kita potong pintu, stir kemudinya, akhirnya korban dievakuasi perlahan. Kalau korban Ina (Mukhmainnah) agak rumit karena dia posisinya masih pakai seat belt sehingga kita harus potong dulu seat belt-nya," ungkapnya.
Perlu diketahui, tim gabungan membutuhkan waktu tak kurang dari sembilan jam untuk berhasil mengeluarkan Putri dari dalam runtuhan longsor, tepatnya pukul 03.00 WIB. Korban segera dilarikan menuju RSUD Kabupaten Tangerang guna mendapatkan perawatan medis. Sekira pukul 06.00 WIB, korban dirujuk menuju RS Mayapada, Tangerang. Namun, setibanya di RS tersebut, kondisi korban terus memburuk akibat patah leher, patah di kedua pangkal pahanya, dan syok hipovolemik.
"Tampak lemah dan cenderung mengantuk. Saat mendekati RS (Mayapada) kondisinya menurun. Itu terlihat saat kami akan tindakan sangat hati-hati, tiba-tiba pasien mengalami berhenti napas," ujar Direktur RS Mayapada, Markus Waseso.
Putri akhirnya menghembuskan napas terakhirnya sekira pukul 06.45 WIB. Jenazah korban pun dibawa ke rumah duka di Cipocok, Serang, Banten untuk dimakamkan.
Sementara, Ina, panggilan akrab Mukhmainah, baru bisa dievakuasi setelah 13 jam tertimbun longsoran atau tepatnya pukul 07.00 WIB. Ia pun segera dilarikan menuju Rumah Sakit Siloam, Tangerang.
Dari hasil pemeriksaan CT-Scan, diperoleh informasi bahwa Ina hanya mengalami cedera nyeri di beberapa bagian tubuh, seperti leher, punggung, pinggang, dan memar di kaki. Hingga kini Ina masih menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Siloam Tangerang.
Dalam kasus ini, polisi sudah memeriksa enam orang saksi diantaranya pihak kontraktor PT Waskita Karya, PT Kereta Api Indonesia, Aviation Security, dan juga masyarakat yang melihat kejadian secara langsung. Tak hanya itu, polisi juga melakukan pemeriksaan terhadap beberapa dokumen penting terkait pembangunan underpass tersebut.
"Kita ambil keterangan dari masyarakat setempat maupun dari pihak pengembang Waskita maupun KAI bahkan Avsec juga memperkuat situasi yang terjadi," kata Kapolresta Bandara Soetta, Kombes Akhmad Yusep Gunawan.
Selain itu, kata dia, jalur Kereta Bandara Soekarno Hatta dipastikan sudah dapat dilalui.
"Rel kereta dapat digunakan kembali, karena masih memiliki pondasi yang kuat sehingga mampu menopang kereta bandara. Namun, kami masih menunggu surat keputusan daei KAI dan Angkasa Pura II untuk waktu pengoperasiannya," katanya.
Sementara itu, Wakil Presiden RI Jusuf Kalla angkat bicara terkait kasus tersebut. Menurutnya, ambruknya beton penyangga underpass di Jalan Perimeter Selatan Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) disebabkan oleh faktor alam.
"Pasti (faktor alam) karena ini musim hujan," ujar Kalla di Kantor Wakil Presiden.
Ia mengatakan, saluran air harusnya ditata dengan baik mengantisipasi kejadian tak diinginkan saat musim hujan. Bila tidak, maka air akan masuk dan mengendap di dalam tanah.
"Mungkin tersumbat, masuk (airnya) ke tanah, tanahnya jadi lembek begitu, ada mobil di atasnya yang berat dia longsor," kata JK.
Dalam kasus tersebut, Ombudsman RI telah menemukan beberapa kejanggalan dari pembangunan underpass tersebut.
"Kami sidak tanpa memberi tahu, kami langsung ke sini. Sebagai tindak lanjut, bahwa serangkaian kecelakaan dalam pembangunan infrastruktur, pasti ada yang tidak beres dalam pembangunan infrastruktur ini," ujar Anggota Ombudsman, Alvin Lie.
Ia menilai, tembok beton sepanjang 20 meter tersebut tidak tahan menahan dorongan tanah yang diakibatkan oleh genangan air saat hujan deras. Sehingga, saat terjadi genangan air cukup banyak, tembok langsung ambrol dan menimpa pengendara yang ada di bawahnya.
"Biasanya, kalau tembok itu ada saluran airnya. Sehingga tidak terjadi genangan air. Tapi ini air masih mengalir di dalam tanah. Jadi, besar kemungkinan ada tekanan air di sana. Kami akan tindaklanjuti temuan dalam sidak ini dengan memanggil pihak-pihak terkait," kata Alvin.
(Awaludin)