KUPANG – Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Esthon Foenay-Chris Rotok kembali melanjutkan sesi kampanyenya di zona 1 daratan Pulau Timor. Esthon menyebut sejumlah daerah di daratan pulau tersebut, seperti di Kabupaten Malaka, Belu, Timor Tengah Utara (TTU), Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dan Kabupaten Kupang, sangat pantas dijadikan sebagai pusat pertanian dan peternakan.
"Kita sudah identifikasi lokasinya di sejumlah kabupaten itu dan akan kita kembangkan jadi sentra pertanian dan peternakan," ucap Esthon di Kupang, Jumat (23/2/2018).
Ia mengatakan, Pulau Timor sejak dahulu sudah menjadi salah satu sentra penghasil padi, jagung, dan sejumlah hasil pertanian lainnya. Bahkan, sejumlah kawasan itu pernah surplus padi. Namun, kondisi itu saat ini hanya tinggal kenangan karena tidak dikawalnya sejumlah proses dan sistem pertanian.
Petani dibiarkan mandiri tanpa ada intervensi pemerintah berupa bibit dan pupuk. Petani hanya bisa berharap dari apa yang dia miliki. Selain itu, hasil pertanian yang telah ada tidak mampu dijadikan sebagai sumber pendapatan secara maksimal karena tak ada intervensi pemerintah. Masyarakat tidak sanggup menjual hasil pertaniannya ke sejumlah daerah lain karena tingginya biaya. Di kondisi ini, kata Esthon, pemerintah harus hadir dan menyokong petani mendistribusikan seluruh hasil pertaniannya.
"Artinya harus diciptakan sebuah formula untuk bisa membuka akses bagi petani mendagangkan seluruh hasil pertaniannya," kata Esthon.
Hal lainnya, lanjut Wakil Gubernur NTT 2008-2013 itu, daya dukung pemerintah untuk peningkatan jaringan irigasi di setiap lahan pertanian yang ada di sejumlah daerah masih sangat terbatas dan terkesan tidak sama sekali. Para petani dibiarkan secara mandiri menyelesaikan persoalan irigasi dan infrastruktur pertanian lain secara ala kadarnya. Hal itu berdampak kepada produktivitas pertanian.
Sejumlah identifikasi dan persoalan yang dialami masyarakat petani itulah yang menjadi fokus perhatian pasangan Esthon-Chris. Dengan memahami sejumlah persoalan itu, Esthon-Chris telah menyediakan formula dalam program penyelesaian lima tahun ke depan.
"Formula penyelesaian sudah kami rancang dalam program kerja tahunan menengah pembangunan lima tahunan bidang pertanian dan perkebunan," kata Esthon.
(Baca Juga: Esthon-Chris Bakal Bangun Rumah Sakit Berkelas Internasional di Perbatasan RI-Timor Leste)
Sementara itu di bidang peternakan, NTT secara keseluruhan pernah menjadi satu-satunya daerah pemasok sapi di Indonesia, pun hanya tinggal sejarah dan cerita. Kondisi itu karena hilangnya komitmen pemerintah mengawal proses produksi, penggemukan dan distribusi sapi di tataran peternakan di desa dan kampung-kampung. Pemerintah seoalah melepas tangan dan membiarkan masyarakat peternak berjuang sendiri.