Pemerintah Suriah membantah tuduhan tersebut. Mereka mengatakan, kabar mengenai serangan gas itu mulai muncul pada Sabtu 7 April malam waktu setempat. Damaskus yakin berita palsu itu dimunculkan pasukan pemberontak karena mulai kewalahan menghadapi serangan tentara Suriah.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Heather Nauert, memilih merespons secara diplomatis. Washington disebutnya masih menunggu laporan terkonfirmasi mengenai serangan kimia tersebut. Jika benar, maka Negeri Paman Sam akan segera meminta respons tegas dari dunia internasional.
Pasukan pemerintah Suriah mulai menggempur Distrik Ghouta Timur, dekat Damaskus, untuk memberantas habis pasukan pemberontak setelah berhasil mengambil alih wilayah lainnya. Serangan udara dilancarkan pemerintah Suriah, dengan bantuan Rusia, sejak Februari lalu.
Desakan agar penghentian serangan silih berganti datang dari dunia internasional. Akan tetapi, Presiden Bashar al Assad bergeming dengan semua desakan tersebut. Mantan dokter mata di London, Inggris, itu malah bersumpah akan meneruskan serangan dan operasi militer di Ghouta Timur.
“Kami akan terus memerangi terorisme dan operasi Ghouta merupakan kelanjutan dari pertempuran dengan terorisme,” ujar Bashar al Assad pada awal Maret.
(Wikanto Arungbudoyo)