Syirik, Kebenaran dan Kebebasan Memilih

, Jurnalis
Rabu 13 Juni 2018 20:39 WIB
Dedi Mulyadi. (Foto: Ist)
Share :

Pilihan sebagai Kebebasan dan Kebenaran

Sekelumit ajaran tauhid Nurcholish Madjid ini populer di kalangan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Ia menjadi doktrin kader yang tersusun dalam sebuah naskah perjuangan bernama Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP). Setiap kader HMI memahami betul konsep ini.

Karena itu, rasanya tidak masuk akal jika anggota yang tuntas menjalani pengkaderan, bahkan pendiri sekaligus ketua pertama HMI Cabang Purwakarta, Dedi Mulyadi (Kang Dedi), tidak memahami ajaran ini.

Sekelompok orang menyebut Kang Dedi musyrik. Padahal sangat mungkin mereka tidak lebih paham –tentang apa itu tauhid dan syirik– dibanding orang yang dimusyrikkan ini.

Kentalnya persaingan Pilkada membuat pertarungan tidak sehat, dan menjadikan apapun sebagai senjata. Termasuk mengorbankan agama, yang tentu digunakan secara tidak objektif.

Serangan pada Kang Dedi, adalah karena selama dua periode menjabat Bupati Purwakarta banyak membangun patung. Mereka mengesankan seolah patung tersebut dibuat sebagai berhala sesembahan. Padahal sama sekali tidak ditemukan orang yang datang menyembah patung-patung penghias jalan Kabupaten Purwakarta itu.

Pada beberapa kesempatan sudah diklarifikasi bahwa ini bagian dari upaya membangkitkan budaya nusantara, khususnya Sunda. Mereka tidak mau tahu.

Sebaliknya, patung-patung Taman Super Hero di Kota Bandung misalnya, yang sebenarnya sama saja –bahkan dengan figur-figur yang tidak memiliki nilai historis budaya nusantara– tidak pernah dimusyrikkan. Mereka seakan tidak tahu.

Mereka bersikeras menuduh warga nahdliyyin yang justru mendapat restu Rais ‘Aam PBNU dan sekaligus Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), K.H. Ma’ruf Amin, ini sebagai musyrik. Tentu saja dengan harapan agar orang percaya, lalu meninggalkannya.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya