Perjalanan okezone pun akhirnya berhenti dirumah Wakino (70) yang dipercayai sebagai juru kunci Kahyangan. Awalnya, Wakino menduga Okezone sama seperti warga lainnya yang datang ke lokasi yang paling disakralkan di tanah jawa ini untuk ngalap berkah.
Setelah diutarakan maksud dan tujuan kedatangan, Wakino akhirnya memahami. Keterangan dari sang juru kunci, Kahyangan sebagai lokasi yang terkenal angker. Masyarakat sekitar maupun para spiritual yang datang ke lokasi tersebut tidak boleh berbuat sembarangan.
Hati dan pikiran harus bersih dari niat kotor atau jahat. Ada beberapa tingkatan yang harus dilewati jika akan memasuki lokasi di Kahyangan. Diantaranya harus melewati makam seorang abdi dalem bernama Nyai Huju. Konon Nyai Huju merupakan satu abdi dalem Panembahan Senopati yang setia menemani Panembahan Senopati saat bertapa di Kahyangan.
"Petilasan di Kahyangan sarat dengan cerita mitos ghaib terkait dengan sejarah Danang Sutowijoyo (nama kecilnya) sebelum akhirnya bergelar Panembahan Senopati," ujar Wakino.
Menurutnya ada beberapa wilayah di Kahyangan yang juga memiliki lokasi keramat. Salah satunya adalah Sela Bethek. Sela Bethek itu sebuah batu berukuran sangat besar yang dipagari dengan anyaman dari bambu (bethek). Dipercaya sebagai lokasi awal saat Panembahan Senopati melakukan ritual semedi sesampainya di Kahyangan.
Batu Selo Bethek sendiri ucap juru kunci, dipercaya penduduk sekitar sebagai punden penunggu Kahyangan yang ditunggui oleh Nyai Huju, abdi setia Panembahan Senopati. Sepanjang hari, tugas abdi dalem ini mencari daun Huju. Oleh karena itu lantas abdi dalem setia Danang Sutowijoyo ini mendapatkan julukan Nyai Huju. Hingga akhirnya dipercaya untuk merawat dan menjaga Kahyangan, setelah Panembahan Senopati naik tahta menjadi raja di Kotagede.
"Nyai Huju dipanggil Panembahan Senopati (usai jadi raja) dan memberinya perintah agar tetap menjaga Kahyangan sepanjang hidupnya, bahkan sampai mati sekalipun Roh Nyai Huju dipercaya masih berada di Selo bethek, dan masih tetap menjaga Kahyangan," tuturnya.
Di Kahyangan, ungkap Wakino, ada sebuah batu yang menjadi tempat palenggahan (duduk) Panembahan Senopati. Petilasan itu berupa batu berbentuk seperti payung. Dan akhirnya tempat itupun diberi nama Selo payung (batu Payung).
"Inilah salah satu lokasi tujuan para spiritual melakukan doa penyuwunan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dimana dulu Selo Payung juga digunakan Panembahan Senopati melakukan tafakur dan berzikir," jelasnya.
Waktu yang dipilih oleh pelaku spiritual ini untuk melakukan semedi (menyepi mendekatkan diri pada Yang Kuasa) yang datang dari berbagai wilayah ini biasanya setiap malam Jumat Kliwon dan Selasa Kliwon.
Namun terkadang di luar dua hari tersebut banyak pengunjung yang datang dan bermeditasi di bawah Selo Payung. Bahkan di malam menjelang pergantian tahun Jawa (bulan Suro), banyak pendatang dari luar daerah, terutama dari daerah Yogyakarta dan Surakarta, bertirakatan di sana.