Kahyangan, Tempat Sakral yang "Benci" Warna Hijau di Wonogiri

Bramantyo, Jurnalis
Sabtu 07 Juli 2018 12:04 WIB
Kahyangan di Wonogiri ramai saat malam Selasa dan Jumat Kliwon (Foto: Dokumentasi Bramantyo)
Share :

Selain Sela Payung, ada petilasan lain yang semuanya serba batu. Diantaranya petilasan Selo Gapit atau Penangkep berupa dua buah batu besar yang pada bagian atasnya saling bersentuhan mirip gapura. Masyarakat juga mempercayai jika berada di Kahyangan Dlepih tidak boleh mengenakan pakaian warna hijau pupus dan kain bermotif parangklitik.

Konon Kahyangan juga dijaga oleh Nyai Widiononggo, senopati jin yang berasal dari segoro kidul. Keberadaannya,atas perintah Kanjeng Ratu Kidul yang ketika itu jengkar (pergi) dari Kahyangan Dlepih, setelah memberi petunjuk kepada Panembahan Senopati.

"Sedangkan jin Nyai Widiononggo (pengikut Ratu Kidul) memperoleh tempat di Selo Payung untuk tempat bersemayam, dan menjaga kedung pesiraman beserta seluruh petilasan yang pernah dipergunakan junjunganya memadu kasih dengan kekasihnya (Panembahan Senopati)," ucap Wakino yang lebih dari satu abad menjadi juru kunci.

Setelah Petilasan Selo Payung, masih terdapat beberapa petilasan lagi di Kahyangan yang sangat dikeramatkan sekaligus dianggap paling wingit yaitu Batu Gilang. Lokasinya jauh di dalam hutan dan harus menyeberangi sungai yang sangat deras airnya yang mengalir di bawah Batu Gilang.

Keberadaan Batu Gilang yang berada di lereng pegunungan ini menjadi tempat sholat Panembahan Senopati berada di bawah sebuah pohon besar di pinggir sebuah jurang dan disampingnya terdapat dua buah air terjun yang berasal dari atas puncak Kahyangan. Pertemuan dua air terjun menjadi satu aliran air ini menurut cerita juru kunci Kahyangan pernah di pergunakan oleh Kanjeng Ratu Kidul sebagai tempat untuk Pesiraman atau mandi.

"Sumber mata air yang berasal dari dua buah aliran air terjun yang mengalir ke bawah menjadi tempat keduanya siram (mandi). Hingga dikenal dengan nama kedung pesiraman," lanjutnya.

Selain batu gilang, batu gowok yang berada tak jauh dari batu gilang juga pernah dipergunakan oleh Panembahan Senopati bersemedi ketika menerima wahyu keprabon menjadi raja di tanah Jawa. Konon keangkeran batu gilang dan pesiraman tak lepas dari sabda Kanjeng Ratu Kidul dan Panembahan Senopati ketika tasbih yang dikenakan oleh Panembahan Senopati putus dan terlepas dari lehernya saat keduanya tengah memadu kasih di pesiraman.

"Dan di batu tasbih inilah biasanya menjadi tujuan utama para pelaku ritual melakukan tapa brata dan kungkum di pesiraman," pungkas Wakino.

(Khafid Mardiyansyah)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya