Isak Tangis Selimuti Kediaman Pegawai BPK Korban Lion Air JT 610

Wijayakusuma, Jurnalis
Selasa 30 Oktober 2018 00:46 WIB
Keluarga Yunita, korban Lion Air JT 610 (Foto: Wijayakusuma)
Share :

BEKASI - Isak tangis keluarga dan kerabat pecah di kediaman Yunita Safitri, salah satu korban kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 tujuan Jakarta-Pangkalpinang, di Jalan Belanak Raya, Kayuringin, Bekasi Selatan, Kota Bekasi, Jawa Barat. Korban merupakan seorang pegawai BPK RI yang ditugaskan di Pangkalpinang.

Wanita berumur 42 tahun itu sedianya akan kembali bekerja, usai berlibur di rumah keluarga besarnya di Jakarta. Korban berangkat menuju bandara sekira pukul 03.00 WIB, dengan diantar sang suami. Korban pun naik penerbangan pertama. Namun nahas, pesawat yang ditumpangi korban bersama 180 penumpang lainnya dan 8 awak kabin, mengalami kecelakaan dan terjatuh di perairan Tanjung Karawang.

(Baca Juga: Pesan Terakhir Joyo, Korban Lion Air ke Anaknya "Jaga Ibu dan Adik-Adik")

Ayah korban, Toekiran mengaku pertama kali mengetahui kabar tentang korban melalui pesan yang dikirim melalui grup WhatsApp.

"Tahunya jam 09.00 WIB dari grup WhatsApp RT sini mengenai berita itu. Setelah itu baru saya mencari info-info yang lain," katanya di lokasi, Senin (29/10/2018). 

Toekiran sempat mengalami kendala saat hendak mencari tahu informasi tentang kecelakaan yang menimpa putrinya, lantaran wilayahnya mengalami pemadaman listrik. "Tapi kebetulan listrik lagi mati, jadi kami mau lihat berita di televisi tidak bisa. Akhirnya kami lihat beritanya dari handphone," ujarnya.

Usai mendapat kabar dari beberapa pemberitaan, Toekiran lalu menyuruh anak keduanya untuk mengecek langsung ke Karawang. Namun sesampainya di lokasi, sang anak belum bisa mendapatkan informasi apapun terkait kondisi para korban.

"Dari Karawang anak saya tidak mendapatkan apa-apa. Karena katanya pesawat itu ada di kedalaman 30 meter. Kedalaman segitu tentunya jauh dari pantai. Walau banyak orang, tapi tidak ada yang bisa ditanyakan. Jadi sampai sekarang saya belum bisa mendapatkan berita apa-apa," ungkapnya.

Menurut Toekiran, putrinya sudah bekerja di BPK selama kurun waktu 14 tahun. Dan dalam tiga tahun terakhir, korban berpindah tugas ke Pangkal Pinang.

"Kedua anak dan suaminya ada disini. Biasanya anak saya pulang minimal satu minggu sekali. Berangkat dari Pangkal Pinang Jum'at malam, bisa sampai rumah Sabtu malam," akunya.

(Baca Juga: Duka Istri Korban Lion Air JT 610, Ditinggal Suami dalam Kondisi Hamil Anak Pertama)

Sementara, suami korban, Umar Nayiri menuturkan jika korban bersama rekan-rekannya yang lain di Jakarta, kerap menggunakan maskapai Lion Air untuk keperluan dinas.

"Memang sudah langganan ya, karena rata-rata yang menuju kesana pagi-pagi tuh, ya Lion. Kalau (maskapai) yang lain agak siang," ujarnya.

Umar mengaku sempat tidak menggubris berita yang tersebar luas mengenai kecelakaan pesawat tersebut. Meski kesulitan menghubungi sang istri, namun ia masih berpikir positif kalau korban sedang ada kepentingan tugas.

"Awalnya saya berpikir hari ini kan upacara Sumpah Pemuda, jadi rata-rata orang terburu-buru mau ikut karena wajib. Tapi setelah lama-lama masih tidak bisa dihubungi, baru disitu mulai firasat," paparnya.

Kini keluarga hanya bisa pasrah dan berharap korban bisa ditemukan secepatnya meski dalam kondisi tak bernyawa. Rencana Umar menunaikan ibadah umroh bersama istri pada 18 Desember 2018 pun, terpaksa pupus di tengah jalan. Sementara kediaman korban masih terus didatangi satu per satu keluarga dan kerabat.

(Arief Setyadi )

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya