Ini bukan pertama kalinya para pelajar diculik di kawasan itu, yang dikenal sebagai kubu pejuang kelompok separatis, demikian lapor wartawan BBC, Ngala Killian Chimtom.
Pada 19 Oktober, lima siswa Sekolah Menengah Atas Atiela diculik oleh orang-orang bersenjata yang tidak dikenal. Keberadaan mereka masih belum diketahui.
Kaum separatis mengatakan bahwa sistem sekolah Kamerun telah menekan sistem berbahasa Inggris yang diwariskan dari Kerajaan Inggris.
Kelompok pemberontak separatis
Kelompok milisi, yang ingin mendeklarasikan Ambazonia, mulai muncul pada tahun 2017 setelah pasukan keamanan menumpas aksi protes massal, yang dipimpin oleh para pengacara dan guru.
Mereka menggelar unjuk rasa atas dugaan kegagalan pemerintah dalam memberikan pengakuan yang cukup kepada sistem hukum dan pendidikan Inggris di wilayah North West dan South-West.
BACA JUGA: 3 Tahun Diculik, 82 Gadis Chibok Bertemu Kembali dengan Keluarga
Pemerintah Kamerun dituduh sangat bergantung pada orang-orang yang terlatih dalam tradisi hukum dan pendidikan Prancis yang ditempatkan di pos-pos penting dan umumnya meminggirkan minoritas berbahasa Inggris di Kamerun, yang jumlahnya sekitar 20% dari populasi keseluruhan.
Presiden Paul Biya, yang berkuasa sejak 1982, baru-baru ini terpilih kembali sebagai presiden untuk masa jabatan ketujuh dengan lebih dari 70 persen suara.
Partai-partai oposisi menuduh pemilu lalu telah dicurangi, tetapi upaya hukum untuk meninjau ulang hasil pemilu menemui jalan buntu.
(Rahman Asmardika)