DI bangunan rumah petak itu, anak-anak dari keluarga miskin -sebagiannya tak bisa sekolah karena terbentur biaya- berkumpul. Mereka belajar ilmu agama, menulis hingga menghitung. Meski fasilitasnya serba terbatas, tapi para bocah menunjukkan semangat pantang menyerah.
Begitulah potret Taman Pendidikan Alquran (TPA) Al-Fadhil di Kebon Sayur, Jakarta Timur, sebuah tempat pendidikan nonformal yang didirikan untuk mengedukasi anak-anak yang terpinggirkan. TPA didirikan Santoso. Dia merelakan sebagian ruangan rumahnya jadi taman belajar bagi mereka.
Para mahasiswa ikut turun ke TPA itu membantu mengajar secara sukarela tiap Sabtu pagi. Itu menambah antusiasme anak-anak. Bahkan anak-anak meminta sendiri kepada mahasiswa untuk diajarkan hal-hal yang ingin mereka tahu seperti sejarah nabi, cara menulis dan menghitung cepat.
Ada ruang perpustakaan kecil di situ, membantu mereka belajar lebih banyak dari buku-buku.
Khairul alias Ipul (9), seorang murid TPA Al-Fadhil mengungkapkan ingin terus belajar untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seorang pemadam kebakaran agar bisa membantu orang saat musibah.
“Aku ingin sekali jadi pemadam kebakaran kak, biar dapat pahala,” katanya dengan senyum lepas di bibirnya saat ditemui, pekan lalu.
Ipul bersyukur bisa belajar di TPA. “Terima kasih ya kak, aku senang sekali kakak datang ke sini dan mengajari Ipul,” katanya kepada para mahasiswa yang jadi relawan di sana.
Pendiri TPA Al-Fadhil, Santoso mengatakan Ipul adalah satu dari 50 murit yang kini belajar di TPA yang dibangun sejak 2014. Menurutnya TPA itu didirikan untuk membantu anak-anak kurang mampu dan putus sekolah.
“Kami hanya bisa membantu dengan lillahita’ala dengan membangun TPA kecil ini,” kata Santoso.
Santoso rela sebagian rumahnya menjadi ruang belajar agar anak-anak bisa leluasa dan nyaman.
Menurutnya, pendidikan agama penting bagi anak-anak yang masih dalam fase perkembangan untuk membentuk kepribadiannya. Dia juga siap memfasilitasi jika ada anaknya ingin melanjutkan pendidikan ke pesantren.
“Jika anak-anak memiliki keinginan mengenai pendidikan kita fasilitasi sebisa mungkin ke pesantren, agar anak-anak bisa memperdalami ilmu keagamaan dan pendidikan,” kata Santoso.
Latar belakang anak-anak yang belajar di TPA itu beragam; mulai dari keluarga kurang mampu sampai korban kekerasan dalam rumah tangga seperti orangtuanya berpisah.
Menurut Santoso, anak-anak dari keluarga bermasalah seperti itu harus diberi perhatian khusus. “Kita menjaga itu supaya mereka terkondisikan dengan lingkungan yang baik,” paparnya.
Para mahasiswa dari Fakultas Komunikasi Universitas Mercu Buana, Kranggan, Bekasi dalam sebulan terakhir mengabdi sebagai pengajar di TPA Al-Fadhil. Mereka menularkan ilmu yang didapatnya di kampus ke anak-anak.
Ketua pelaksana kegiatan, Muhajirul Huda mengatakan bahwa melalui kegiatan ini dapat memberikan pemahaman terhadap komunikasi yang baik dan benar dalam kehidupan bersosialisasi.
“Diharapkan anak-anak lebih percaya diri dalam berinteraksi di lingkungannya dengan penyampaian yang menarik supaya anak-anak paham terhadap pesan yang kita sampaikan,” katanya.
(Salman Mardira)