JAKARTA – Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 01 KH Ma'ruf Amin berpesan kepada para relawan dan partai politik pengusung memaksimalkan potensi suara di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Ia mengatakan, pasangan calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin diusung sembilan partai politik (parpol) , yakni PDI Perjuangan, PPP, PKB, Golkar, Nasdem, PSI, Perindo, PKPI, dan Hanura. Bahkan, dukungan dari parpol bertambah dengan masuknya PBB.
"Partai pengusung besar. Jadi 10 partai dengan masuknya (dukungan) PBB. Gimana ini dikonversi menjadi poin elektabilitas," ujar Ma'ruf saat menghadiri pengukuhan anggota Forum Komunikasi Relawan Pemenangan Jokowi 2019 (FKRPJ) di Sumatera Barat, Jumat (8/2/2019).
Mantan Rais Aam PBNU ini berharap parpol pengusung dan para relawan bisa memaksimalkan potensi suara yang dimiliki pasangan Jokowi-Ma'ruf.
"Jadi potensi besar, tapi kalau hasilnya kecil ini ada yang tidak beres, ada yang miss," ucap Ma'ruf.
Di sisi lain, Ketua Majelis Ulama Indonesia ini berujar, ada juga kader parpol yang tergabung dalam koalisi pengusung pasangan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, menyatakan dukungan kepada petahana di sejumlah daerah.
"Di beberapa daerah, PAN itu, mereka menyatakan mendukung 01. Berarti 10 plus. Ini sebenarnya harusnya optimalkan potensi kita," tutur Ma'ruf.
Ia mengatakan, pasangan capres 01 juga memiliki potensi meningkatkan elektabilitas jika dilihat dari kepuasan masyarakat terhadap hasil pembangunan pemerintahan era Joko Widodo. Melihat dari hasil sigi Lembaga Survei Indikator, SMRC, dan Y-Publica, menunjukkan kepuasan masyarakat terhadap pemerintah di atas 70%.
"Kepuasan menurut survei 70%, kepuasan masyarakat itu harus dikonversi dalam bentuk suara. Kalau tidak, berarti ada sesuatu yang miss. Jadi potensi ini harus dioptimalkan," ujarnya.
(Baca Juga : Silaturahmi ke Muslimat NU & Ulama Cianjur, Jokowi Didoakan Lanjut 2 Periode)
Ma’ruf juga optimis dapat meningkatkan potensi suara lantaran hasil-hasil pembangunan di berbagai bidang, semisal pendidikan itu telah dirasakan masyarakat. Misalnya, melalui Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat, dan Kartu Keluarga Harapan.
"Karena itu potensi-potensi ini harusnya bisa kita konversi menjadi elektabilitas. Itu sudah ada beberapa potensi," katanya.
(Baca Juga : KPK Bakal Telusuri Kebocoran APBN Rp500 Triliun yang Dipersoalkan Prabowo)
(Erha Aprili Ramadhoni)