MANILA - Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengusulkan perubahan nama negaranya menjadi Maharlika. Usulan tersebut dicetuskan untuk membentuk identitas baru dan melepaskan nama Filipina yang terkait dengan masa penjajahan.
Dalam pidato yang dituturkan pada Senin, 11 Februari, Duterte mengatakan bahwa opsi untuk mengubah nama Filipina menjadi Maharlika, yang merujuk pada kaum bangsawan, adalah pilihan yang baik.
Namun, Presiden Senat Tito Sotto mengatakan bahwa jika usulan tersebut direalisasikan, mungkin akan diperlukan penulisan ulang Konstitusi atau UUD yang menyebutkan Filipina sebagai nama negara.
"Itu akan membutuhkan terlalu banyak perubahan," katanya dalam pesan singkat, yang dikutip dari South China Morning Post, Kamis (14/2/2019).
Usulan pergantian nama negara juga sempat disampaikan Mantan Presiden Ferdinan Marcos untuk mempromosikan nasionalisme setelah ia menempatkan Filipina di bawah kekuasaan militer. Namun hal tersebut tidak sempat terealisasikan hingga kepemimpinannya berakhir setelah digulingkan pada 1986.