Hasil penghitungan sensor ultrasonic tadi berupa sinyal frekuensi yang bersifat stasioner untuk mengukur ketinggian permukaan air laut. Data perekaman dari sensor water level akan dikirimkan langsung ke server BMKG, dan update setiap satu menit sekali untuk mengetahui ketinggian air permukaan laut di wilayah tersebut.
Baca: BNPB: Hutan Pantai Dapat Kurangi Risiko Bahaya Tsunami
Baca: Terpidana Korupsi Pembangunan Shelter Tsunami Kembalikan Uang Rp4,6 Miliar
"Pemasangan sensor ini digunakan pada AWS di 24 stasiun meteorologi Maritim BMKG yang tersebar di Indonesia untuk mengukur ketinggian air di daerah sekitar pelabuhan," jelas Taufan.
Dia menambahkan, dari lokasi pengamatan akan didapat data atau nilai yang akan otomatis dikirim ke BMKG. Server lalu akan diolah menjadi produk dalam bentuk grafik. Dari sinilah, terlihat jenis gelombang, apakah gelombang pasang surut atau gelombang yang lain.
"Grafik akan terlihat berbeda ketika menggambarkan gelombang pasang surut dengan tsunami karena gelombang tsunami akan terlihat lebih signifikan di bandingkan gelombang pasang surut biasa," ucapnya.