Pria berusia 28 tahun itu mengatakan dirinya hanyalah seorang pria kulit putih yang lahir di keluarga berpenghasilan rendah di Australia, dan tindakan itu dilakukannya untuk “menjamin masa depan kaumnya”.
Daily Mail melaporkan, Brenton Tarrant lahir di Grafton, sebuah kota kecil di utara New South Wales. Ayahnya telah meninggal dunia karena kanker pada 2010 sementara ibunya masih hidup di Australia.
Dalam manifesto tersebut dia juga menyadari bahwa aksinya bisa disebut sebagai serangan teroris, tetapi dia memilih menyebutnya “tindakan partisan untuk melawan penjajah”. Dia menganggap kaum Muslim sebagai “penjajah yang menginvasi wilayah orang kulit putih”.
“Menurut definisi, maka ya. Itu adalah serangan teroris. Tetapi saya percaya itu adalah tindakan partisan melawan kekuatan pendudukan,” tulisnya.
BACA JUGA: PM Selandia Baru Sebut Penembakan di Masjid Serangan Teroris