JAKARTA - Insiden penembakan di Christchurch, Selandia Baru hingga kini masih menimbulkan kesedihan mendalam dan kemarahan seluruh warga di sana. Perasaan itu mereka tumpahkan bukan dalam bentuk ajakan kebencian, namun justru seruan untuk saling menyayangi.
Pada pekan lalu saja, tercatat hampir 12.000 warga Wellington dari berbagai agama dan ras memenuhi sebuah lapangan untuk berdoa bersama demi kedamaian para korban dan agar mereka yang ditinggalkan diberi ketabahan.
Hari ini, warga Wellington akan kembali akan berkumpul untuk memperingati sepekan aksi teror tersebut, di mana bagi wanita diimbau mengenakan penutup kepala semacam hijab sebagai bentuk penghormatan kepada umat Islam.
"PM Jacinda Ardern yang merupakan pemimpin dunia termuda (38), dianggap tidak berpengalaman menunjukkan kelasnya sebagai pemimpin yang berani dan berempati. Dalam waktu yang cepat, ia mengumumkan ke dunia penembakan brutal di Christchurch tersebut sebagai aksi terorisme," kata Dubes RI untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (23/3/2019).
Hal yang menurutnya, tidak dilakukan oleh pemimpin dunia manapun ketika di negerinya terjadi aksi brutal yang memakan korban umat Islam.
Sehari setelah penembakan lanjut Tantowi, Ardern langsung terbang ke Christchurch menemui para korban dan keluarganya untuk menunjukkan simpati dan perhatiannya sebagai kepala pemerintahan.