Strategi Jokowi dan Prabowo di Dunia Maya

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Kamis 28 Maret 2019 06:53 WIB
Jokowi dan Prabowo (Foto: Ist)
Share :

Dalam berbagai kesempatan, Joko Widodo langsung turun tangan untuk menghalau tudingan tersebut, tambahnya.

Arya menambahkan, tujuan utama TKN di media sosial adalah menggaet pemilih. "Termasuk dengan menggunakan tagar yang disesuaikan dengan aktivitas Jokowi," ujarnya.

Menurut Arya, upaya menangkal berbagai fitnah itu menjadi tugas buzzer di berbagai daerah yang mencapai 50 orang di setiap provinsi.

"Tujuannya kan menggaet pemilih, Pak Jokowi ke mana, dia bikin program kita bikin tagar, misalnya hari ini Jokowi mencintai Aceh, begitu cara kita menggaet pemilih, bukan menghantam," Arya mengklaim.

Dikatakannya, apabila ada serangan muncul atas capresnya, maka tanggapannya justru datang dari publik. "Yang menyatakan dukungannya secara terbuka dan biasanya isunya cepat hilang," katanya.

Arya mencontohkan buzzer yang dimainkan timnya saat debat. "Kalau di debat itu kita pasti bersatu dan menang, karena kita tujuannya menggaet pemilih," katanya lagi.

Apa perbedaan strategi buzzer kubu Jokowi dan Prabowo? 

Pengamat media sosial, Ismail Fahmi, menandai apa yang disebutnya sebagai perbedaan kubu Jokowi-Prabowo dalam menggerakkan buzzer di media sosial.

Kubu Jokowi, menurut Ismail, bermain sangat terstruktur serta memiliki banyak tim yang tersebar di kelompok relawan.

"Ada tim Cakra, ada tim Bravo, Gojo, Projo, dan lain-lain, mereka bekerja sendiri dengan pendanaan sendiri, goalnya mempromosikan Jokowi," katanya kepada Arin Swandari untuk BBC News Indonesia, Selasa 26 Maret 2019.

Mereka, kata Ismail, bekerja professional dan penuh perencanaan. "Makanya kadang-kadang isunya sangat bagus, (Capres) 01 terstruktur, meme-nya bagus, selalu ada video, infografisnya bagus" katanya.

Sementara, kubu Prabowo, menurutnya, memilliki tim internal BPN yang bertugas menyebarkan informasi resmi.

"Tapi di luar itu ada tim besar banget, yang mereka bergerak berdasarkan isu sporadis yang muncul saat itu," tutur Ismail.

Ia mencontohkan isu Bukalapak yang langsung disambut para buzzer 02 dengan sangat sigap. "Hanya dalam hitungan menit, tokoh mereka misalnya, Raja Purwa, influencer dan Buzzer sekaligus, itu dengan sendirinya akan diikuti secara tak terstruktur oleh (pendukung 02) mereka tinggal follow, retweet saja," ujarnya.

'Modal tagar dan obrolan keseharian' 

Menurut Ismail, para buzzer di Capres 02 sangat mudah digerakkan dan mereka menggunakan obrolan sehari-hari.

"Mereka ngobrol dengan bahasa sehari-hari dengan ditambah tagar," katanya.

Artinya antara konten yang disampaikan dan tagar yang dipakai, kerap tidak nyambung, katanya menganalisa.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya