Sutopo menjelaskan, meski hujan buatan telah dibuat dan pemadaman karhutla dari darat dan udara sudah dilakukan, namun titik panas (hotspot) masih terpantau. Hal ini dikarenakan ketebalan lahan gambut sendiri mencapai 36 meter, sehingga meski telah dilakukan pemadaman, namun titik api muncul kembali.
"Selain itu, sulitnya sumber air, terik matahari dan kencangnya angin juga memengaruhi munculnya titik-titik api pascapemadaman.
Perlu diketahui bahwa kedalaman lahan gambut yang terbakar seperti yang di Riau sendiri mencapai 3,6 meter. Jadi, meski sudah padam di bagian atas, tetapi bara api masih ada di bagian bawahnya," kata dia.
Hal itu lanjut Sutopo, diperburuk dengan kesulitan lain seperti susahnya sumber air, terik matahari dan angin kencang sehingga api muncul kembali. Hingga saat ini, tim satgas darat dan udara terus melakukan pemantauan dan penanggulangan kebakaran hutan yang berada di wilayah Riau dan sekitarnya.
(Rizka Diputra)