Tangga tanpa tangga
Bukan itu saja. Yang mengkhawatirkan, dunia sekarang sangat saling berhubungan dan saling tergantung. Dulu, keruntuhan terbatas pada daerah. Hanya kemunduran sementara, dan orang seringkali dengan mudah kembali ke gaya hidup agraris atau berburu-meramu. Bagi banyak orang, kondisi itu bahkan disambut sebagai cara melawan negara awalnya. Selain itu, senjata yang tersedia selama konflik sosial belum sempurna: pedang, panah, dan kadang-kadang senjata.
Saat ini, keruntuhan sosial menjadi prospek yang lebih berbahaya. Senjata yang dimiliki suatu negara, dan kadang-kadang bahkan kelompok, sekarang berkisar dari agen biologis hingga senjata nuklir.
Instrumen kekerasan baru, seperti senjata otonom yang mematikan, mungkin muncul dalam waktu dekat. Orang semakin terpisah dan terputus dari produksi makanan dan barang-barang pokok. Dan iklim yang berubah dapat merusak kemampuan kita untuk kembali ke praktik pertanian sederhana.
Pikirkan peradaban sebagai tangga yang dibangun dengan buruk. Saat Anda memanjat, pijakan yang Anda gunakan sebelumnya, jatuh. Jatuh dari ketinggian hanya beberapa anak tangga, tidak apa-apa. Namun semakin tinggi Anda naik, semakin sakit jika jatuh. Akhirnya, setelah Anda mencapai ketinggian yang cukup, jatuh dari tangga itu berarti fatal.
Dengan proliferasi senjata nuklir, kita mungkin telah mencapai titik "kecepatan terminal" peradaban ini. Setiap keruntuhan —setiap kejatuhan dari tangga — berisiko permanen. Perang nuklir itu sendiri dapat mengakibatkan risiko eksistensial: kepunahan spesies kita, atau terlempar permanen kembali ke Zaman Batu.
Sementara kita menjadi lebih kuat dan tangguh secara ekonomi, kemampuan teknologi kita juga menghadirkan ancaman yang belum pernah dihadapi peradaban sebelumnya. Misalnya, perubahan iklim yang kita hadapi memiliki sifat yang berbeda dengan apa yang menghancurkan suku Maya atau Anazasi. Perubahan iklim kita bersifat global, digerakkan oleh manusia, lebih cepat, dan lebih parah.
Yang mempercepat kehancuran yang kita buat sendiri tidak akan datang dari tetangga yang kejam, tetapi dari kekuatan teknologi kita sendiri. Keruntuhan, dalam kasus kita, bisa berarti jebakan kemajuan.
Runtuhnya peradaban kita tidak bisa dihindari. Sejarah menunjukkan kemungkinannya, tetapi kita punya keuntungan yang unik karena kita bisa belajar dari puing-puing masyarakat masa lalu.
Kita tahu apa yang perlu dilakukan: emisi dapat dikurangi, ketidaksetaraan disetarakan, degradasi lingkungan diperbaiki, inovasi dibebaskan dan ekonomi diberagamkan. Usulan kebijakannya sudah tersedia. Hanya kemauan politik lah yang kurang.
Kita juga bisa berinvestasi untuk pemulihan. Ada banyak ide yang bisa dikembangkan dengan baik untuk meningkatkan kemampuan sistem makanan dan pengetahuan untuk pemulihan setelah bencana.
Menghindari penciptaan teknologi berbahaya dan dapat diakses secara luas juga sangat penting. Langkah-langkah seperti itu akan mengurangi kemungkinan keruntuhan di masa depan.
Kita hanya akan melaju menuju keruntuhan jika kita maju secara membabi buta. Kita hanya akan dikutuk jika kita tidak mau mendengarkan masa lalu.
Luke Kemp adalah periset yang berbasis di Centre for the Study of Existential Risk di Universitas Cambridge. Akun Twitternya @lukakemp.
(Fakhri Rezy)