Di pilpres ini, kekuatan buruh samakin terkotak-kotak dengan polarisasi yang sangat tajam terbelah menjadi serpihan tak berarti. Para pimpinan organisasi buruh gerilya "menjual diri" ke pimpinan parpol tertentu atau capres lalu dukung mendukung bahkan sebagian besar diantaranya sudah terstigmatisasi menjadi loyalis calon tertentu, sehingga bukan lagi untuk kepentingan kolektifitas kaum buruh melainkan kepentingan pribadi sang ketua dan konconya.
Akibatnya gerakan dan aksi buruh yang tadinya kuat, besar dan menggetarkan itu seketika menjadi puing-puing memorial yang hanya sekedar diperingati May Day dengan massa yang menakjubkan tetapi sesungguhnya mereka hanyalah kawanan kumpulan dan gerombolan massa yang sedang menggelar pertunjukan sirkus "menggetarkan" di pusat-pusat kota dan dipanggung lain, pengusaha dan penguasa konsi sejati hanya terbahak-bahak melihat tingkah mereka. Buruh bersatu tak bisa dikalahkan!
Jakarta, 1 Mei 2019
Oleh: Syamsuddin Radjab
(Direktur Eksekutif Jenggala Center dan Mantan Ketua PBHI)
(Rizka Diputra)