Dijelaskan Pangi, insentif elektoral yang dimaksud adalah mengukur secara matang apakah dengan berada di dalam pemerintahan memberi peningkatan dukungan suara, atau justru sebaliknya mendegradasi dukungan yang diraih sebelumnya.
"Bagaimana elektabilitas partai ke depan pada 2024 itu, kalau dengan mengambil peran masuk ke dalam gerbong politik pemerintah. Ada tren menurun (elektabilitas), karena biasanya partai yang tidak menjadi anti tesis dari pemerintah, tidak punya bargaining, biasanya berpengaruh. Rata-rata partai oposisi kan ada kecenderungan naik elektabilitasnya," imbuhnya.
Baca Juga: Makan Nasi Goreng Megawati, Prabowo: Saya Sampai Nambah
Lebih lanjut dikatakannya, kubu Prabowo tinggal memilih mana yang akan diambil demi kepentingan partai maupun proses demokrasi yang tengah berjalan. Namun Pangi menyarankan, demi insentif elektoral, maka sebaiknya Prabowo tetap memimpin menjadi oposisi.
"Kalau kita bicara insentif elektoral 2024 ya itu penting mengambil langkah menjaga masa depan partai (oposisi). Tapi kalau untuk kepentingan transaksional pragmatis jangka pendek, ya mengambil posisi menteri," ujarnya.
(Arief Setyadi )