JAKARTA – Mantan gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, mengkritisi sejumlah upaya yang dilakukan gubernur saat ini Anies Rasyid Baswedan untuk mengurangi polusi di Ibu Kota sebagaimana diatur dalam Instruksi Gubernur Nomor 66 Tahun 2019.
Djarot menilai program ganjil-genap yang akan diperluas Anies hanya solusi jangka pendek. Ia pun memberi masukan kalau yang seharusnya diterapkan adalah electronic road pricing (ERP) atau sistem jalan berbayar.
Baca juga: Anies Akan Perluas Rute Ganjil-Genap, DPRD DKI Minta Seluruh Transportasi Umum Dibenahi Dulu
Menurut ketua DPP PDIP ini, cara itu lebih efektif menekan polusi udara di Jakarta. Penerapan ERP juga dapat menjadi solusi bagi pengguna mobil pribadi yang enggan mengendarai angkutan umum.
"Bukannya (hanya) wilayahnya saja yang diperluas, tapi jamnya juga. Tetapi itu kan jangka pendek ya," ujar Djarot di Kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (3/8/2019).
Baca juga: Motor dan Mobil Listrik Akan 'Lolos' dari Peraturan Ganjil-Genap
"Yang kita dorong itu misalnya ERP, itu harus ada. Kalau ada ERP, ganjil-genap enggak usah. Tapi kalau punya mobil kaya, enggak mau naik angkutan umum, ya masuklah ERP. Bayar," terangnya.
Selain untuk kendaraan roda empat, Djarot juga menilai ganjil-genap sepeda motor yang sedang dikaji Anies dirasa tidak perlu dilakukan. Pasalnya dengan begitu, warga Jakarta diprediksi akan membeli motor lagi.
"Kalau motor iya, artinya orang akan semakin beli motor. Misalnya aku punya ganjil, aku bakal beli lagi genap. Kan gitu kan kalau motor," ungkap Djarot.
Baca juga: Anies Baswedan Akan Perluas Rute Ganjil Genap di Jakarta
Lebih lanjut Djarot memberi saran kepada Anies untuk memperbaiki transportasi umum agar semakin mendorong agar warga Jakarta untuk menggunakannya dan beralih dari kendaraan pribadi.
Tak hanya itu, Djarot mengusulkan Anies memperbanyak ruang terbuka hijau dan ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) untuk mengurangi polusi di Jakarta.
Baca juga: Kurangi Polusi, Pemprov DKI Kaji Pemberlakuan Ganjil Genap untuk Sepeda Motor
"Membuka ruang terbuka hijau dilanjuti, ditanam pohon yang banyak. Kenapa? Karena polusi ini salah satunya Jakarta ini kekurangan ruang terbuka hijau," tutup Djarot.
(Hantoro)