Universitas di semenanjung Kowloon adalah yang terakhir dari lima kampus yang diduduki oleh para pengunjuk rasa untuk digunakan sebagai markas untuk mengganggu kegiatan kota selama 10 hari terakhir, menutup Terowongan Cross-Harbor pusat dan jalan-jalan arteri lainnya.
"Misi ini adalah kekalahan," kata Brutus, 21 tahun, yang menjadi garda depan protes pada Agustus.
"Setelah semua hal yang terjadi, saya tidak berpikir pengunjuk rasa mengambil alih universitas adalah pilihan yang baik. Kami tidak memiliki peralatan seperti polisi. Kami tidak terorganisir dengan baik seperti polisi.”
Polisi mengatakan hampir 800 orang telah meninggalkan kampus dengan damai pada Selasa malam dan mereka akan diselidiki, termasuk hampir 300 demonstran berusia di bawah usia 18 tahun. Sedikitnya 24 demonstran lainnya terlihat berjalan keluar pada Rabu.
BACA JUGA: Kampus Hong Kong Terbakar Setelah Berubah Jadi Medan Pertempuran Polisi dan Demonstran
Pemimpin Hong Kong, Carrie Lam, menyerukan diakhirinya pengepungan secara manusiawi yang merupakan bentrokan paling hebat sejak eskalasi protes lebih dari lima bulan lalu. Protes yang dimulai pada Juni awalnya menentang rancangan undang-undang ekstradisi, yang kemudian dibatalkan, namun kemudian berubah menjadi tuntutan demonstran termasuk untuk kebebasan yang lebih besar dari Beijing, mundurnya Lam, dan penyelidikan kekerasan oleh polisi.
Polisi telah melakukan lebih dari 5.000 penangkapan sehubungan dengan protes sejak Juni.
(Rahman Asmardika)