WASHINGTON – Presiden Donald Trump kesal dengan layanan media sosial Twitter yang telah melabeli unggahannya dengan fitur pengecekan fakta, dan menuduh telah mencampuri Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS).
Trump mencuit dengan mengatakan bahwa pemungutan suara lewat surat adalah bentuk kecurangan dalam Pilpres, Kotak surat suara akan dirampok, surat suara akan dipalsukan dan dicetak dan ditandatangani secara ilegal. Gubernur California mengirim Surat Suara ke jutaan orang.
Kemudian Twitter memberikan fitur peringatan pengecakan fakta atas cuitan Presiden Trump tersebut, “Dapatkan fakta tentang surat suara”. Setelah diklik, apa yang disampaikan Trump tidak memiliki dasar. Pengecekan fakta dilakukan oleh media kredibel seperti Washington Post, The Hill dan sejumlah media lainnya.
Mengutip NY Post, Rabu (27/5/2020) juru bicara Twitter dalam sebuah pernyataan, mengatakan Tweet tersebut diberi label pengecekan fakta karena mengandung "informasi yang berpotensi menyesatkan tentang proses pemungutan suara.
“Ke depan, kami dapat menggunakan label dan pesan peringatan ini untuk memberikan penjelasan atau klarifikasi tambahan,” kata juru bicara Twitter Katie Rosborough.
Setelah mendapat pelabelan pengecekan fakta, Trump kesal. Dia pun mentwit, mengatakan bahwa Twitter telah ikut campur dalam Pilpres AS.
“Twitter membatasi kebebasan berpendapat, dan saya sebagai Presiden, tidak akan membiarkan ini terjadi," tulisnya.
.@Twitter is now interfering in the 2020 Presidential Election. They are saying my statement on Mail-In Ballots, which will lead to massive corruption and fraud, is incorrect, based on fact-checking by Fake News CNN and the Amazon Washington Post....
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) May 26, 2020
(Rachmat Fahzry)