“Ini bisa sangat mengisolasi. Orang-orang tidak dapat melihat visibilitas Anda, jadi Anda berurusan dengan orang-orang yang berkomentar atau melakukan hal-hal yang benar-benar menyakitkan jika Anda tidak mau mengakui siapa Anda,” terang Bryan, 30.
Dikutip People, melalui gerakan ini, keduanya ingin menemukan obat untuk penyakit mata seperti mereka. Nantinya semua keuntungan akan diberikan ke Foundation for Fighting Blindness yang meneliti pencegahan, perawatan, dan penyembuhan untuk kondisi mata yang hancur.
Inspirasi ini datang ketika mereka berbelanja di Bloomingdale di New York City. Saat itu mereka merayakan berita jika terapi gen eksperimental berhasil mengobati kebutaan seorang remaja. Mereka sempat kehilangan satu sama lain di pusat perbelanjaan itu, lalu keduanya bertemu di salah satu stan kaos.
“Saat Anda buta, satu hal yang Anda pelajari dengan cepat adalah kepercayaan. Anda harus menunjukkan saat-saat kecil kepercayaan pada orang-orang, seperti kepercayaan seorang sopir taksi akan menurunkan Anda di sudut jalan yang benar, seorang pelayan akan memberi Anda rekomendasi makanan yang enak, atau Anda akan mendapatkan uang kembalian yang tepat dari seorang kasir karena Anda tidak dapat melihat sendiri,” terang Bryan.
“Dengan perusahaan ini, kami berfikir bagaimana jika kami memberi dunia kesempatan untuk mempercayai kami?,” terangnya.