CAPETOWN - Militer Afrika Selatan telah mengubah kebijakan pakaiannya untuk mengizinkan wanita Muslim mengenakan jilbab dengan seragam mereka. Ini adalah kemenangan bagi Mayor Fatima Isaacs, yang memimpin perjuangan hukum selama tiga tahun untuk memperebutkan hak religiusnya untuk mengenakan jilbab di bawah baret militernya.
Perubahan ini terjadi setelah militer mencabut tuduhan pekan lalu terhadap Mayor Isaacs karena mengenakan hijabnya. Dia menghadapi pemecatan karena "pembangkangan yang disengaja dan tidak mematuhi perintah yang sah" karena menolak untuk melepas hijab.
BACA JUGA: Kepolisian Selandia Baru Izinkan Anggotanya Pakai Jilbab
Mayor Isaacs, yang bekerja sebagai ahli patologi forensik klinis di sebuah rumah sakit militer, mengatakan kepada Cape Times bahwa itu adalah kemenangan tidak hanya baginya, tetapi juga semua orang yang "diam-diam menjadi korban" karena agama mereka.
"Kita hidup di negara demokrasi yang berarti tidak boleh ada diskriminasi terkait keyakinan agama. Saya percaya agama adalah fondasi moral negara. Ini adalah kemenangan penting," katanya kepada surat kabar itu sebagaimana dilansir BBC.
Dia juga berterima kasih kepada Legal Resource Center (LRC), sebuah kelompok hak asasi yang menangani kasusnya pada 2019.
Setelah tuntutan militer dicabut minggu lalu, disepakati bahwa Mayor Isaacs dapat mengenakan jilbab yang ketat, tidak menutupi telinga dan berwarna polos - meskipun kode pakaian tidak secara resmi berubah.