Kisah Para Korban yang Selamat dari Longsor Gletser Himalaya, "Tujuh Jam Tersulit dalam Hidup Saya"

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Selasa 16 Februari 2021 06:25 WIB
Tentara dan paramedis terus berupaya membantu korban longsor gletser Himalaya (Foto: Reuters)
Share :

INDIA – Basant Bahadur dan 11 orang lainnya tidak menyangka jika mereka masih bisa melihat hari esok. Mereka menjadi korban yang selamat dari longsor gletser Himalaya.

Namun kisah mereka hingga selamat harus berjuang bertaruh nyawa. Pada Minggu (07/02), mereka terperangkap selama berjam-jam di sebuah terowongan di India utara. Mereka bertahan dengan berpegangan di atap jeruji besi, sementara yang lain duduk di penggali mekanis di atas air sedingin es, menunggu bantuan datang.

Apa yang mereka tidak tahu saat itu adalah gletser Himalaya longsor ke sungai, memicu banjir besar. Puing-puing yang terbawa air banjir pun meluncur deras ke arah mereka.

Bencana itu menutup dua terowongan yang terhubung ke proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Tapovan Vishnugad di negara bagian Uttarakhand, India. Saat sedang bekerja di proyek itu, Basant Bahadur dan kelompoknya sempat terperangkap dan akhirnya diselamatkan melalui terowongan yang lebih kecil.

(Baca juga: Cuaca Sangat Dingin Selimuti AS Tengah hingga Selatan)

Tim darurat lalu berfokus untuk menyelamatkan 35 orang lain, yang diyakini terperangkap di tempat yang lebih panjang, sekitar 8,3 kilometer.

Di situ, para penyintas bercerita kepada BBC Hindi pengalaman menegangkan mereka berjam-jam terperangkap dalam kegelapan total.

  • 'Tujuh jam tersulit dalam hidup saya'

Basant Bahadur dan rekannya bekerja sekitar 300 meter (sekitar 900 kaki) di dalam terowongan sepanjang 3,8 kilometer ketika banjir melanda.

Awalnya mereka mengira ada tabung gas meledak, yang menyebabkan ledakan lebih besar sehingga terowongan runtuh.

Mereka pun khawatir jika mencoba keluar dari terowongan akan berisiko tersengat listrik - mereka dapat melihat asap tebal naik. Telinga mereka jadi mati rasa karena suara keras.

(Baca juga: WHO Setujui Vaksin Covid-19 AstraZeneca, Akan Didistribusikan ke Negara Miskin)

"Tiba-tiba gelombang besar air datang ke arah kami di dalam terowongan yang gelap. Kami ketakutan," kata Bahadur. Para pekerja berlari menuju JCB (penggali mekanis) dan memanjatnya untuk tetap berada di atas air yang mengalir masuk.

"Itu adalah tujuh jam tersulit dalam hidup saya. Tapi kami tidak kehilangan harapan. Kami terus menyemangati diri kami sendiri."

Untungnya, Bahadur membawa ponsel.

Namun, jaringan seluler di terowongan yang tertutup itu tidak stabil. Akhirnya, mereka berhasil melakukan kontak dengan tim darurat yang menarik mereka keluar menggunakan tali.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya