"Saya mengatakan kepada mereka 'jika Anda benar-benar perlu membunuh, saya bisa menyerahkan hidup saya', kemudian mereka pergi."
"Ada anak-anak yang terperangkap dan mereka tidak tahu harus lari ke mana. Mereka sangat ketakutan. Saya merasa perlu berkorban," katanya.
"Anak-anak itu kemudian mengelilingi saya, mereka kelaparan, kehausan dan ketakutan, serta tidak berani pulang," tambah suster itu.
Tetapi aparat militer terus menembak ke arah kerumunan pengunjuk rasa anti-kudeta di wilayah tersebut.
"Rasanya dunia sedang runtuh. Banyak suara tembakan sehingga saya harus lari ke arah gereja. Saya meneriaki orang-orang agar tenang, tetapi tidak ada yang bisa mendengar saya pada saat itu," paparnya.
(Fetra Hariandja)