Delapan orang yang meninggal Jumat (19/03) ditembak mati oleh aparat keamanan di kota Aungban, menurut media lokal dan pihak yang mengurus pemakaman.
"Pihak keamanan tiba dan memindahkan semua blokade namun warga bertahan, tapi mereka melepaskan tembakan," menurut serorang saksi kepada kantor berita Reuters.Laporan dari Yangon menyebutkan jalan-jalan padat karena banyak orang yang melarikan diri dari kekerasan.
Polisi juga dilaporkan memaksa demonstran menggeser barikade yang mereka dirikan.
Kekerasan paska kudeta sejauh ini menelan korban jiwa paling tidak 232 orang, menurut kelompok aktivis Assistance Association for Political Prisoners. Salah satu hari paling berdarah adalah tanggal 14 Maret.
Pekan lalu, militer Myanmar memperluas kondisi darurat di sejumlah tempat di seluruh negeri, menyusul hari paling berdarah dalam aksi-aksi protes menentang kudeta pada awal Februari lalu.
Sekitar 50 orang dilaporkan meninggal saat tentara dan polisi melepaskan tembakan ke arah pengunjuk rasa di berbagai daerah hari Minggu (14/03).
Sebagian besar korban meninggal berada di Yangon.
Para pengunjuk rasa menuntut dibebaskannya pemimpin sipil yang ditahan, Aung San Suu Kyi.
Pasukan keamanan melepaskan tembakan di sebuah kawasan di kota terbesar, Yangon, ke arah demonstran yang menggunakan tongkat dan pisau.
Pihak militer mengumumkan keadaan darurat di kawasan tersebut setelah pabrik-pabrik China diserang. Para pengunjuk rasa meyakini China mendukung militer Myanmar.
Gelombang unjuk rasa terus berlanjut sejak militer melakukan kudeta pada 1 Februari lalu.
Dalam kemunculan pertama di publik, pimpinan sekelompok politisi yang digulingkan, Mahn Win Khaing Than mendesak para demonstran untuk membela diri dari penumpasan militer selama apa yang ia sebut sebagai "revolusi".
"Dalam momentum tergelap negara ini dan momentum mendekati sang fajar," katanya, sambil menambahkan, "perlawanan harus menang."
Sedikitnya 21 orang dilaporkan tewas di Yangon pada Minggu kemarin. Kematian dan korban luka juga di kota-kota lainnya.
Kelompok pemantau Asosiasi Bantuan bagi Narapidana Politik (AAPP) mengatakan jumlah kematian pada hari itu mencapai 38 orang.
Pekerja medis mengatakan jumlah orang tewas di Yango khususnya kawasan Hlaing Tharyar kemungkinan akan bertambah, menyusul puluhan orang yang mengalami luka tembak.
(Susi Susanti)