Harga Tinggi yang Dibayar AS Atas 20 Tahun Invasi ke Afghanistan

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Sabtu 17 April 2021 18:00 WIB
Foto: Reuters
Share :

Hari ini, menyusul perundingan damai di Doha dan pergerakan militer di lapangan, mereka bersiap memainkan peran yang menentukan masa depan seluruh negeri.

Namun Jenderal Sir Nick Carter, Staf Kepala Pertahanan Inggris, yang bertugas dalam beberapa tur di sana, menyoroti bahwa "komunitas internasional telah membangun masyarakat sipil yang mengubah kalkulus tentang legitimasi populer seperti apa yang diinginkan Taliban."

"Kondisi negeri ini lebih baik daripada di tahun 2001," ujarnya, "dan Taliban telah menjadi lebih terbuka."

Dr. Sajjan Gohel dari Yayasan Asia Pasific berpandangan lebih pesimis. "Ada kekhawatiran nyata," katanya, "bahwa Afghanistan bisa kembali menjadi tempat perkembangbiakan ekstremisme seperti di tahun 1990-an." Kekhawatiran ini juga dirasakan banyak agensi intelijen Barat.

Akan tetapi itu belum tentu terjadi, tergantung pada dua faktor: pertama, apakah Taliban mengizinkan aktivitas Al-Qaeda dan ISIS di area yang dikuasainya setelah menang, dan kedua sejauh mana komunitas internasional bersiap untuk mengatasinya ketika mereka tidak lagi memiliki sumber daya di Afghanistan.

Jadi gambaran keamanan di masa depan untuk Afghanistan masih samar. Negara yang akan ditinggalkan tentara Barat musim panas ini jauh dari aman. Namun tak banyak yang mengira, dalam hari-hari penuh amarah menyusul serangan 11 September, mereka akan mampu bertahan di sana sampai dua dekade.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya