NEW YORK - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Senin (3/5/2021), mengatakan penanaman ganja di Afghanistan yang dilanda konflik meningkat sebesar 37 persen pada 2020 dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan itu berpotensi menghasilkan sekitar 6.300 ton opium.
Temuan ini merupakan bagian dari survei baru Kantor Narkoba dan Kejahatan PBB (United Nations Office of Drugs and Crimes/UNODC) yang berkoordinasi dengan Badan Statistik dan Informasi Nasional Afghanistan (NSIA).
BACA JUGA: Gara-Gara Sengketa Tanah, 8 Orang Ditembak Mati saat Sholat Tarawih
Survei itu dilakukan dua hari setelah Amerika Serikat dan sekutunya, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO) secara resmi mulai menarik pasukan mereka dari Afghanistan, sebuah langkah untuk mengakhiri hampir 20 tahun keterlibatan militer internasional di negara itu.
"Total area penanaman ganja di Afghanistan diperkirakan mencapai 224 ribu hektare pada 2020, yang mewakili peningkatan sebesar 37 persen, atau 61 ribu hektare, jika dibandingkan pada 2019."
Survei tersebut mencatat daerah yang ditanami pada 2020 termasuk di antara empat daerah tertinggi yang pernah diukur di Afghanistan. Penanaman ganja meningkat di sebagian besar wilayah negara itu. Sebanyak 22 dari 34 provinsi di Afghanistan menanam ganja tahun lalu, menurunkan jumlah provinsi bebas ganja dari 13 menjadi 12, jika dibandingkan dengan 2019.
Wilayah barat daya Afghanistan, seperti biasa, menyumbang 71 persen dari total produksi opium, sedangkan penanaman di wilayah timur telah berkurang 28 persen. Provinsi Helmand Selatan, yang sebagian besar dikuasai atau diperebutkan oleh Taliban, tetap menjadi provinsi penanam ganja utama negara itu.