RATUSAN warga Palestina dan lebih dari 20 polisi Israel terluka dalam bentrokan terbaru di Yerusalem. Insiden itu terjadi menyusul kenaikan ketegangan selama satu bulan terakhir, tetapi konflik Israel dan Palestina itu sendiri telah berlangsung puluhan tahun.
Bagaimana awal mulanya? Berikut sejumlah fakta penting dan penjelasannya.
Masalah 100 tahun
Inggris mengambil alih kawasan yang dikenal sebagai Palestina setelah penguasa sebagian wilayah Timur Tengah, Kesultanan Utsmaniyah, kalah dalam Perang Dunia Pertama. Wilayah itu ditempati oleh bangsa minoritas Yahudi dan bangsa mayoritas Arab.
BACA JUGA: Balas Tembakan 200 Roket Hamas, Serangan Udara Israel Hantam 130 Target di Gaza
Ketegangan antara dua kelompok tersebut meningkat ketika masyarakat dunia menugaskan Inggris untuk mendirikan "rumah nasional" di Palestina bagi warga Yahudi.
Bagi orang Yahudi, wilayah itu adalah tanah air leluhur mereka, tetapi warga Arab Palestina juga
Antara 1920-an hingga 1940-an, jumlah orang Yahudi yang datang ke wilayah itu bertambah. Banyak di antara mereka adalah orang Yahudi yang menyelamatkan diri dari persekusi Eropa dan mencari tanah air sesudah Holokaus Perang Dunia Kedua.
Kekerasan antara Yahudi dan Arab, dan aksi menentang kekuasaan Inggris, juga meningkat.
Pada 1947, PBB memutuskan wilayah Palestina dibagi menjadi dua negara terpisah bagi bangsa Yahudi dan bangsa Arab Palestina. Adapun Yerusalem ditetapkan sebagai kota internasional.
BACA JUGA: PM Palestina: Tindakan Israel Bentuk Rasisme Paling Keji
Pengaturan itu diterima oleh kalangan pemimpin Yahudi tetapi ditolak oleh bangsa Arab dan kemudian tidak pernah diterapkan.
Pembentukan Israel dan 'Malapetaka'
Karena tidak bisa menyelesaikan masalah, pada 1948 penguasa Inggris angkat kaki dan para pemuka Yahudi mendeklarasikan pembentukan negara Israel.
Banyak warga Palestina menolaknya dan kemudian pecah perang. Tentara dari negara-negara Arab yang bertetangga melakukan penyerbuan.
Ratusan ribu warga Palestina melarikan diri atau dipaksa meninggalkan rumah dalam peristiwa yang mereka sebut sebagai Al Nakba atau "Malapetaka". Menjelang akhir pertempuran satu tahun kemudian melalui gencatan senjata, Israel sudah berhasil menguasai sebagian besar wilayah.