LAS VEGAS - Pelaku pembunuhan seorang gadis berusia 14 tahun di Las Vegas, Amerika Serikat (AS) pada 1989 telah ditemukan berkat sejumlah kecil sampel DNA. Para pakar menyebutnya sebagai jumlah DNA paling sedikit yang pernah digunakan untuk memecahkan suatu kasus.
Kasus pembunuhan Stephanie Isaacson menemui jalan buntu sampai teknologi baru memungkinkan untuk melakukan tes pada sedikit DNA yang ditinggalkan si pelaku - setara dengan hanya 15 sel manusia.
BACA JUGA: Indonesia Pulangkan Diplomat dari Korut, Kemlu RI: Hubungan Bilateral Tak Akan Terganggu
Polisi mengatakan pada Rabu (21/7/2021) bahwa mereka telah mengidentifikasi tersangka dengan menggunakan sekuensing genom dan data genealogi publik.
Terduga pelaku pembunuhan Stephanie Isaacson meninggal pada 1995.
"Saya senang mereka menemukan orang yang membunuh putri saya," kata ibu Stephanie dalam pernyataan yang dibacakan di hadapan wartawan dalam konferensi pers pada Rabu.
BACA JUGA: Eks Diplomat Inggris Ramalkan Penggulingan Presiden China Xi Jinping
"Saya tidak pernah menyangka bahwa kasus ini akan bisa diselesaikan."
Tiga puluh dua tahun yang lalu, jasad Stephanie ditemukan di dekat rute yang biasanya ia lalui dalam perjalanan ke sekolah di Las Vegas, Nevada. Gadis itu diserang dan dicekik sampai mati.
Tahun ini, polisi dapat membuka kasus itu lagi setelah adanya donasi dari seorang penduduk setempat. Mereka menyerahkan sampel DNA yang masih utuh ke Othram, laboratorium sekuensing genom di Texas yang berspesialisasi dalam kasus-kasus "dingin".