Wolfgang Zimmermann dari Institut Analitikal Kimia, Universitas Leipzig meyakini teknologi yang dikembangkan Carbios menjanjikan.
"Enzim mungkin sangat berguna karena sangat spesifik dan juga tidak terpengaruh dengan kontaminasi ketika plastik dalam kondisi kotor. Selain itu, teknologi enzim tidak menggunakan banyak energi,” ujarnya.
"Hal lainnya adalah teknologi enzim ini skalanya bisa dinaikkan dan diturunkan dengan mudah. Teknologi enzim akan memiliki keuntungan karena mereka dapat terdiri dari unit-unit kecil yang akan memiliki jejak karbon rendah dan bisa dioperasikan di luar wilayah padat penduduk di negara berkembang atau tempat terpencil,” urainya.
Bagaimana pun, ia yakin tak ada obat yang mujarab untuk mengurai sampah plastik.
"Botol PET bisa didaur ulang menggunakan enzim menjadi botol baru, tapi sayangnya botol PET sangat padat dan sangat tahan terhadap degradasi enzim, sehingga perusahaan harus melakukan tahap pra-produksi ekstra, yang benar-benar membutuhkan banyak energi untuk melelehkan material dan meleburnya untuk mengurangi pembekuan," katanya.
"Setelah itu, Anda bisa mengurainya dengan enzim - tapi secara ekonomi, dan juga dalam hal jejak karbon, menurut saya ini tidak masuk akal,” tambahnya.
Dan sementara keadaan mungkin membaik, daur ulang dengan teknik enzim saat ini memiliki jangkauan yang sangat terbatas, seperti diakui Stephan.
"Kita telah mengembangkan teknologi untuk mengakhiri masa pakai dua poliester saja, yang mewakili sekitar 75 juta ton produksi tahunan, dibandingkan dengan produksi plastik dunia sekitar 350 juta ton," katanya.
"Banyak PR menanti di depan kita,” ujarnya.
(Susi Susanti)