Kelompok regional itu terikat oleh kebijakan dasar nonintervensi dalam urusan dalam negeri negara-negara anggotanya. Keputusan yang dikeluarkan blok itu harus merupakan hasil konsensus bersama. Jika ada negara anggota yang menolak, proposal apapun tidak boleh direalisasikan.
Erywan termasuk di antara setidaknya empat kandidat yang diusulkan oleh kelompok itu, meski Myanmar diyakini lebih memilih mantan diplomat Thailand. Keputusan Myanmar untuk menyerah pada tuntutan kelompok itu menunjukkan bahwa penguasa militer Myanmar masih mengandalkan dukungan ASEAN sewaktu menghadapi kecaman internasional.
(Baca juga: Indonesia Tegaskan ASEAN Tak Beri Pengakuan Terhadap Junta Militer Myanmar)
(Susi Susanti)