NEW YORK – Panel dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan peringatan mengenai perubahan iklim, menyatakan bahwa dunia sudah sangat dekat dengan apa yang disebutnya sebagai 'pemanasan yang tak terkendali' dalam sebuah laporan pada pada Senin (9/8/2021).
Dalam laporan dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) para ilmuwan memperingatkan bahwa tingkat gas rumah kaca di atmosfer sudah cukup tinggi untuk menjamin gangguan iklim selama beberapa dekade, bahkan berabad-abad.
BACA JUGA: Joe Biden Sebut Jakarta Tenggelam 10 Tahun Lagi Saat Pidato tentang Perubahan Iklim
Gangguan iklim itu muncul bersama dengan gelombang panas yang mematikan, badai raksasa dan cuaca ekstrem lainnya yang saat ini telah terjadi sekarang, dan kemungkinan akan menjadi lebih parah.
Menggambarkan laporan itu sebagai "kode merah untuk umat manusia", Sekretaris Jenderal PBB António Guterres mendesak diakhirinya penggunaan batu bara dan bahan bakar fosil lainnya yang sangat berpolusi.
"Lonceng alarm memekakkan telinga," kata Guterres dalam sebuah pernyataan sebagaimana dilansir Reuters. “Laporan ini harus membunyikan lonceng kematian untuk batu bara dan bahan bakar fosil, sebelum mereka menghancurkan planet kita.
BACA JUGA: Sri Mulyani: Indonesia Butuh Rp3.779 Triliun Atasi Perubahan Iklim
Laporan IPCC itu dirilis hanya tiga bulan sebelum konferensi iklim utama PBB yang dikenal sebagai COP26 di Glasgow, Skotlandia, di mana negara-negara akan berada di bawah tekanan untuk menjanjikan aksi iklim yang jauh lebih ambisius, dan pendanaan substansial untuk melakukannya.
Berdasarkan lebih dari 14.000 studi ilmiah, laporan tersebut memberikan gambaran paling komprehensif dan terperinci tentang bagaimana perubahan iklim mengubah dunia alami, dan apa yang masih bisa terjadi.
Laporan itu menyebutkan bahwa kecuali ada tindakan segera, cepat, dan skala besar diambil untuk mengurangi emisi, suhu global rata-rata kemungkinan akan melewati ambang batas pemanasan 1,5 derajat Celcius dalam 20 tahun ke depan.
Sejauh ini, janji negara-negara untuk mengurangi emisi tidak cukup untuk menurunkan tingkat akumulasi gas rumah kaca di atmosfer.
Para ilmuwan memperingatkan bahwa kenaikan lebih dari 1,5C di atas rata-rata pra-industri dapat memicu perubahan iklim yang tak terkendali dengan dampak bencana, seperti panas yang begitu hebat sehingga orang meninggal hanya karena berada di luar ruangan.
Pemanasan lebih lanjut juga akan meningkatkan intensitas dan frekuensi panas ekstrem dan hujan lebat, serta kekeringan di beberapa daerah. Karena suhu berfluktuasi dari tahun ke tahun, para ilmuwan mengukur pemanasan iklim dalam rata-rata 20 tahun.
Laporan itu menyebutkan bahwa dunia sudah kehabisan waktu, bahkan untuk upaya memperlambat perubahan iklim.
Jika dunia secara drastis mengurangi emisi dalam dekade berikutnya, suhu rata-rata masih bisa naik 1,5C pada 2040 dan mungkin 1,6C pada 2060, sebelum stabil. Jika dunia tidak mengurangi emisi secara dramatis, tetapi terus berlanjut pada jalur saat ini, kenaikan suhu a bisa menjadi 2,0C pada 2060 dan 2,7C pada akhir abad ini.
Bumi belum sehangat itu sejak Zaman Pliosen kira-kira 3 juta tahun yang lalu, ketika nenek moyang pertama manusia muncul, dan lautan lebih tinggi 25 meter daripada sekarang.
(Rahman Asmardika)