Lebih dari itu. Riwayat hidupnya bahkan menjadi lakon favorit dalam wayang krucil dan pementasan ketoprak di Jawa Tengah di akhir abad ke-19 dan hingga era kontemporer sekarang.
Ya, pada 8 Februari 1686 terjadi kasus pembunuhan Kapten Francois Tack di depan alun-alun Keraton Kartosura, Solo. Jelas, kasus ini sebuah peristiwa yang sangat menggemparkan ketika itu. Ya, “pembunuhan Kapten Francois Tack merupakan salah satu peristiwa yang paling mencolok dalam sejarah VOC,” ujar sejarawan HJ de Graff.
Menjadikan peristiwa pembunuhan Kapten Tack menjadi satu lakon favorit dalam medium seni pertunjukan tradisional tentu cukup subversif pada zamannya. Di balik kasus pembunuhan Kapten Tack itulah nama Untung Surapati selalu disematkan sebagai terdakwa utamanya. Sekalipun di sisi lain sumber lain sebenarnya justru mengklaim pelakunya ialah tokoh lain dan bukan Surapati.
Ya, popularitas Surapati di akhir abad ke-19 ini pula yang menjadi dasar alasan Ferdinand Wiggers, saat memilih karya sastra Belanda yang hendak diterjemahkannya ke dalam bahasa Melayu lingua franca.