Namun, publikasi yang lebih baru muncul untuk membantah kemungkinan ini. Analisis bintik-bintik coklat di makam Tutankhamun menemukan bahwa "organisme yang menciptakan bintik-bintik itu tidak aktif," tulis tim peneliti dalam makalah yang diterbitkan pada 2013 di jurnal International Biodeterioration & Biodegradation.
Selain itu, sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Mark Nelson, seorang profesor epidemiologi dan pengobatan pencegahan di Universitas Monash di Australia, tidak menemukan bukti bahwa mereka yang masuk ke dalam makam meninggal pada usia yang sangat muda.
Studinya memeriksa catatan 25 orang yang bekerja atau pergi ke makam tak lama setelah ditemukan. Rata-rata, orang-orang yang masuk ke dalam makam itu hidup sampai usia 70 tahun, usia kematian yang tidak terlalu rendah di awal hingga pertengahan abad ke-20.
"Studi ini menemukan "tidak ada bukti yang mendukung keberadaan kutukan mumi," tulis Nelson dalam makalah tahun 2002 yang diterbitkan di British Medical Journal.
Gagasan tentang mumi yang dikaitkan dengan kutukan sebenarnya mendahului penemuan makam Tutankhamun.