INGGRIS - Tenggelamnya sebuah perahu yang memuat lebih dari 30 orang pada pekan ini merupakan tragedi migrasi di Selat inggris yang paling banyak menelan korban jiwa.
Namun kecelakaan kapal migran dengan korban sebesar itu merupakan hal yang kerap terjadi di perairan di sekitar perbatasan selatan Eropa. Tahun ini saja pejabat-pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan sedikitnya 1.600 orang telah meninggal atau hilang di Laut Tengah, pintu gerbang utama menuju Eropa bagi para migran yang berupaya memasuki benua itu dengan bantuan penyelundup manusia.
Baca juga: Perahu Kempes, 27 Migran Tewas Saat Berusaha Lintasi Selat Inggris
Jumlah kematian ini lebih tinggi dibanding tahun lalu, tetapi bukan berarti ini hal yang tidak biasa. Organisasi Migrasi Internasional (IOM) memperkirakan 23.000 orang telah tewas sejak tahun 2014 ketika mencoba menyebrangi Laut Tengah dengan perahu reyot atau perahu karet. Jumlah ini mencapai puncaknya pada tahun 2016 dengan lebih dari 5.000 orang meninggal atau hilang di laut. Dalam periode yang sama, sekitar 166 orang tewas di Selat Inggris.
Juru bicara IOM di Italia, Flavio di Giacomo, mengatakan pekan lalu saja 85 orang telah tewas dalam dua insiden terpisah ketika mencoba mencapai Italia dari Libya. Tragedi itu nyaris tidak menjadi perhatian di Eropa.
Baca juga: Polandia Usir Ratusan Migran di Perbatasan Belarusia, Peringatkan Potensi Konflik Bersenjata