KABAR baik ini kembali berasal dari Jakarta. Ibu Kota negara ini kembali turun dari peringkat kota termacet dunia, turun 2 persen dari peringkat 31 tahun lalu menjadi peringkat 46 tahun ini.
Menurut TomTom Traffic Index, pada 2017 lalu, Jakarta ada di peringkat 4 dengan tingkat kemacetan 51 persen, 2018 di peringkat 7 (53 persen), dan di peringkat 10 (53 persen) pada 2019. Penurunan yang cukup signifikan terjadi pada 2020, ada di urutan 31 (36 persen), lalu kembali turun di urutan 46 (34 persen) ada 2021 dari total 404 kota lainnya di dunia.
Penurunan peringkat sebagai kota termacet dunia ini tak lepas dari obsesi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. “Kita berencana keluar dari 10 besar. Jadi kita nanti turun dari situ semua, tidak lagi menjadi kota termacet. Kenapa? Karena warganya pindah dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum," kata Anies di Kementerian BUMN, Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (10/1/2020) lalu.
Anies menyebut, Jakarta merupakan megapolis terbesar di belahan bumi selatan yang menjadi rumah bagi 11 juta jiwa penduduknya dan mencapai 30 juta jiwa jika ditambah dengan penduduk di daerah penyangganya. Dengan tingginya jumlah masyarakat yang melakukan mobilitas di Ibu Kota, maka transportasi publik yang mumpuni adalah harga mati yang harus dipenuhi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
"Jadi sistem transportasi publik kita, harus memenuhi kebutuhan kota yang besar, dinamis dan sibuk. Jadi, kita membuat sistem transportasi publik yang inklusif, bisa diandalkan dan berkelanjutan sebagai prioritas dalam empat tahun terakhir," ujarnya.
Selain itu, penataan sarana transportasi publik milik DKI Jakarta seperti TransJakarta ataupun Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta yang terintegrasi dengan kereta Commuter Line milik PT KAI juga menjadi tonggak baru sistem transportasi publik di Jabodetabek.
Apa langkah-langkah Anies untuk mewujudkan obsesi tersebut? Mendorong warga DKI mau pindah ke kendaraan umum. Untuk itu, Pemprov DKI Jakarta bergegas menyiapkan kendaraan umum yang terintegrasi, terjangkau secara harga dan terjangkau secara geografis.
Pada Maret 2020, ada empat stasiun yang dimodifikasi, di antaranya Stasiun Senen, Juanda, Tanah Abang, dan Sudirman yang disulap menjadi stasiun terintegrasi. Selanjutnya, slogan Jakarta Kota Kolaborasi menemukan momentum yang tepat untuk mewujudkan impian tersebut.