Kemunculan mendadak segelintir Oknum Demokrasi yang mungkin lagi enak-enaknya tanggung berkuasa dan jika berhenti di Oktober 2024, maka tidak cukup waktu bagi mereka untuk menambah tebal cuan nya karena wabah corona.
Sebenarnya kasihan. Mereka mungkin tidak berniat menjadi Oknum Demokrasi, tetapi diam-diam terkena Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) langka untuk mencegah pandemi tirani yang tidak ada di Negara +62, yaitu penyakit tuli. Tuli nurani. Kasihan betul Presiden Rakyat, pemimpin yang dielu-elukan lahir dari amanah penderitaan rakyat, keluar dari rahim demokrasi sejati tiba-tiba disorong segelintir Oknum Demokrasi untuk coba-coba berubah wajah menjadi tirani.
Mungkin sudah saatnya Presiden Rakyat mengganti muka-muka mereka meski dengan topeng sementara, asal sanggup menjaga integritas negara.
Kabar burung lain juga melanda agak memekakkan telinga, para Oknum Demokrasi tengah memfitnah sang Presiden Rakyat itu sendiri yang secara tidak sengaja menciptakan Oknum Demokrasi lainnya untuk menggelindingkan wacana sesat penundaan Pemilu 2024.
Mencolak-colek orang-orang tertentu untuk memancing disini-sana. Bahasa kerennya, testing the water. Siapa tahu para pendukung Presiden Rakyat yang katanya sangat militan itu bisa setuju. Namun hal itu tidak mungkin terjadi, karena Sang Presiden Rakyat pernah katakan, wacana ini seperti menampar dirinya atau Oknum Demokrasi sedang cari muka padahal Sang Presiden Rakyat sudah punya muka.
Mungkinkah Sang Presiden Rakyat sekarang lagi ingin berganti muka? Sepertinya sangat tidak mungkin.
Presiden Rakyat jelas tengah diperalat oleh segelintir Oknum Demokrasi itu. Penundaan, perpanjangan, penambahan periode kekuasaan atau apapun namanya, jelas ingin memunculkan pemerintahan tiran Negara -62.