KUALA LUMPUR - Ahli waris Sultan Sulu menuntut kompensasi sebesar RM62.6 miliar (Rp214 triliun) setelah Malaysia dinyatakan melanggar kesepakatan tahun 1878 oleh pengadilan arbitrase di Paris, Prancis.
Berdasarkan laporan La Información, arbiter Spanyol, Gonzalo Stampa, mengeluarkan putusan di Paris, di mana pemerintah Malaysia diperintahkan untuk membayar jumlah tersebut.
BACA JUGA: Polisi Malaysia Tahan Saudara Sultan Sulu
Ini terjadi setelah Malaysia diduga melanggar perjanjian tahun 1878 yang ditandatangani oleh Sultan Jamal Al Alam, Sultan Sulu, Baron Overbeck dan pendiri British North Borneo Company, Alfred Dent.
Sebagai ganti mutiara, sarang burung walet, kayu dan sumber daya alam lainnya yang ditemukan di Borneo Utara (sekarang Sabah), Malaysia harus membayar pembayaran penyerahan atau penyewaan tahunan sebesar RM5.300.
Malaysia juga telah menemukan sumber daya alam baru termasuk minyak dan gas di tahun 80-an dan 90-an di wilayah tersebut, demikian diwartakan World of Buzz.
BACA JUGA: Rebut Sabah, Pengikut Sulu Dilatih Sejak 1970
Perjanjian tersebut pada dasarnya bertindak sebagai sewa sumber daya alam dari wilayah yang saat ini merupakan bagian dari Malaysia, tetapi saat itu masih menjadi milik Spanyol. Namun, Malaysia mengakhiri pembayaran pada 2013 setelah menyoroti bahwa wilayah yang dikontrak seharusnya secara sah menjadi milik Malaysia setelah kemerdekaan pada 1957.