SUKABUMI - Pemerintah Kota Sukabumi pada hari Kamis (3/3/2022) kemarin, secara resmi menghentikan Status Tanggap Darurat Bencana Banjir dan Tanah Longsorp setelah 14 hari terhitung mulai dari Jumat (18/2/2022) waktu lalu. MNC Portal Indonesia yang mendatangi keluarga korban yang meninggal pada saat itu menceritakan bagaimana terjadinya bencana itu menimpa keluarganya.
Korban yang selamat ketika banjir merendam rumahnya, Sopyan Yunus (60) menceritakan kembali insiden sang kakak Nunung Yunus (85) meninggal terendam luapan air Sungai Cisuda yang ketinggiannya mencapai 2 meter lebih. "Pada waktu sekira pukul 17.00 WIB sore hujan gede banget, ketika saya mau kasih baju hangat ke kakak saya, dia bilang, tuh air masuk," ujar Sopyan mengawali ceritanya, Jumat (4/3/2022).
Sopyan yang menderita stroke mati sebelah kanan melanjutkan ceritanya bahwa setelah mendengar kakaknya bilang ada air masuk lalu ia mengeceknya dan ternyata benar, air sudah mulai masuk. "Namun saya pikir banjir dari solokan depan rumah saya yang kecil, jadi saya tenang-tenang saja. Tiba-tiba pada pukul 17.15 WIB dari belakang air masuk dengan kencang dan besar," ujarnya.
Dirinya yang sakit stroke tidak bisa berbuat banyak melihat air mulai merendam kamar kakaknya yang tidak bisa berjalan hanya tertidur di kasur. Air semakin besar dan mulai mengangkat ranjang tempat tidur kakaknya. "Lalu kakak saya jatuh terendam air banjir. Sebelumnya Saya sempat bilang kepada kakak saya, siapa yang akan lebih dulu meninggal. Dan waktu itu saya berharap saya yang duluan terendam air," ujarnya.
Setelah melihat kakaknya terendam, Sopyan juga merasa tidak yakin bisa selamat dari bencana ini. Namun, segala upaya dilakukannya untuk bisa keluar dari dalam kamar lewat atap plafon, ditarik tetangga sekitar yang sudah bersiaga di atas rumahnya. Di situasi lain istri Sopyan, Nurtini (47) berupaya menyelamatkan diri di halaman rumah.
"Saya sudah pasrah tidak teriak-teriak minta tolong, paling juga saya mati waktu itu. Untung ada tetangga sebelah yang menolong saya. Dari atap genteng dihancurin dibolongin hingga ke plafond bolongnya untuk mengangkat saya keluar dari rendaman banjir sampai saya selamat. Pada saat itu istri saya kedorong air hingga keluar rumah, dan dia menyangka kita berdua (dengan kakaknya) meninggal," ujar Sopyan.
Saat ini Sopyan dan istrinya mengungsi di rumah kerabatnya dikarenakan tempat tinggalnya hancur akibat terjangan air banjir. Ia yang sudah 19 tahun menetap di Kampung Tugu RT 02/04, Kelurahan Jayaraksa, Kecamatan Baros, Kota Sukabumi, berharap agar rumahnya bisa diperbaiki kembali dan pulang menetap di rumahnya.
Sementara itu Wali Kota Sukabumi, Achmad Fahmi mengaku dirinya belum bisa memulai pembangunan recovery infrastruktur karena uang sumbangan dari berbagai donatur belum masuk ke rekening Pemerintah Daerah. "Agar tidak jadi fitnah bahwa saat ini kami masih mengurus rekening untuk dana masuk dari para donatur, termasuk di dalamnya ada sumbangan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil dan beberapa anggota dewan.
"Kebutuhan untuk recovery infrastruktur ini membutuhkan Rp8 milyar akibat bencana yang terjadi di Kota Sukabumi, ada beberapa bantuan dari Pak Gubernur, dan donatur lainnya, dan kekurangannya akan ditambal oleh APBD Kota Sukabumi," ujar Fahmi saat usai upacara penutupan Status Tanggap Darurat Bencana Banjir dan Tanah Longsor.
(Khafid Mardiyansyah)