CHINA diminta untuk menerapkan rangkaian sanksi serupa seperti yang diberlakukan oleh Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Inggris terhadap Rusia atas invasi negeri beruang merah tersebut ke Ukraina.
(Baca juga: Stok Rudal dan Senjata Mutakhir Rusia Habis, Ukraina Sebut Menang Perang 48 Jam Lagi)
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, mengritik China yang baru-baru ini membeli lebih banyak gandum dari Rusia. Menurutnya, tindakan itu justru membuat Rusia mendapat "pertolongan ekonomi".
Dilansir BBC, Rabu (9/3/2022) China menegaskan bahwa mereka akan melanjutkan kerja sama perdagangan secara normal dengan Rusia.
(Baca juga: Kisah 2 Hijaber Cantik Indonesia Kuliah di Rusia: Tak Ada Medsos hingga Antre Panjang Ambil Uang)
Namun, sejumlah bank Rusia telah dicoret dari sistem pembayaran internasional, yaitu Swift. Sistem ini digunakan di seluruh dunia dalam transaksi keuangan sehingga pembayaran ekspor akan lebih sulit.
Konsekuensinya, baru-baru ini China mengurangi pembelian barang dari Rusia karena kalangan pedagang kesusahan melakukan transaksi keuangan.
Dalam beberapa tahun terakhir, kedua negara telah berupaya mengembangkan sistem pembayaran alternatif guna mengurangi ketergantungan pada sistem berbasis dollar AS seperti Swift.
Rusia punya System for Transfer of Financial Messages (STFM), sedangkan China punya Cross-Border Interbank Payment System (CIPS). Kedua sistem ini beroperasi menggunakan mata uang masing-masing.
Sebuah kajian yang dipublikasikan lembaga Carnegie Moscow Center menilai sistem pembayaran ini bukanlah alternatif dari Swift.